Sudutkota.id- Paus Fransiskus akan berangkat pada hari Senin (2/9) untuk mengunjungi empat negara kepulauan di Asia Tenggara, dengan membawa sebuah misi perjalanan yaitu tentang perubahan iklim secara global.
Selama 12 hari dari 2-13 September 2024, Fransiskus akan menempuh perjalanan hampir 33.000 km untuk mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura. Ini adalah perjalanan terpanjang yang pernah dilakukan oleh Paus, yang sekarang secara teratur menggunakan kursi roda karena nyeri lutut dan punggung.
Fransiskus mendukung keras perjanjian iklim Paris 2015 dan dia ingin melanjutkan seruannya untuk menghadapi bahaya dunia yang memanas dengan cepat. Di negara-negara dalam turnya, bahaya-bahaya ini termasuk naiknya permukaan laut dan gelombang panas serta topan yang semakin parah dan tidak dapat diprediksi.
Jakarta, ibu kota Indonesia tempat perjalanan ini dimulai, telah mengalami banjir besar dalam beberapa tahun terakhir dan perlahan-lahan tenggelam, mendorong pemerintah untuk membangun ibu kota baru di Kalimantan.
Fransiskus dijadwalkan lebih dari 40 acara selama perjalanan dan beberapa pengamat mengatakan bahwa, di luar rencana perjalanannya yang spesifik, Ia ingin menunjukkan bahwa I masih mampu memimpin Gereja yang beranggotakan 1,4 miliar orang, meskipun usianya sudah tua dan kesehatannya sedang buruk.
“Ini adalah pertunjukan kekuatan bagi Paus Fransiskus,” kata Massimo Faggioli, seorang akademisi Italia yang telah mengikuti kepausan dengan saksama.
Faggioli, yang juga seorang profesor di Universitas Villanova di Philadelphia, mencatat bahwa tidak ada Paus yang pernah melakukan lawatan ke luar negeri pada usia seperti itu.
Dikutip dari Reuters. Benediktus XVI, pendahulu langsung Fransiskus, mengundurkan diri pada usia 85 tahun. Yohanes Paulus II, yang menderita penyakit Parkinson, melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri pada usia 84 tahun. Tur tersebut akan menjadi perjalanan luar negeri Fransiskus yang ke-45 sejak pemilihannya pada Maret 2013.
Ia sering berbicara tentang menjangkau orang-orang atau kelompok-kelompok di pinggiran masyarakat, dan telah memprioritaskan perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi oleh seorang paus, atau di mana umat Katolik merupakan minoritas kecil.
Yang juga dalam agenda adalah dorongan baru untuk dialog Katolik-Muslim, yang telah lama menjadi prioritas bagi Fransiskus yang pada tahun 2019, menjadi paus pertama yang mengunjungi semenanjung Arab.
Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, memiliki sekitar 280 juta penduduk, hanya sekitar 3 persen dari mereka yang beragama Katolik. Paus Fransiskus akan ambil bagian dalam pertemuan lintas agama di Masjid Istiqlal, Jakarta, yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Jeremy Menchik, seorang profesor ilmu politik di Universitas Boston yang telah banyak menulis tentang politik Indonesia, mengatakan bahwa saat ini merupakan “zaman keemasan” dialog lintas agama, seraya menambahkan bahwa masjid tersebut terletak di seberang katedral Katolik Jakarta.
“Ini adalah momen di mana Anda memiliki pluralisme daripada polemik,” katanya.
Fransiskus akan mendarat di Jakarta sekitar tengah hari pada hari Selasa, dan berangkat ke Papua Nugini tiga hari kemudian. Untuk memberinya waktu istirahat setelah penerbangan malam lebih dari 13 jam, ia tidak akan memiliki kegiatan publik pada hari Selasa, selain dari sambutan resmi singkat di bandara.
Di masing-masing dari empat negara, Paus akan mengadakan pertemuan resmi dengan otoritas politik, diplomat, dan umat Katolik setempat. Ia juga akan memimpin perayaan Misa Katolik di luar ruangan di keempat negara tersebut.
Papua Nugini, dengan populasi resmi sekitar 9 juta, memiliki sekitar 2,5 juta umat Katolik, kata Vatikan. Timor Timur, dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa, hampir 96 persen beragama Katolik, sementara Singapura memiliki sekitar 210.000 umat Katolik di antara 5,92 juta penduduknya. (Ka)