Sudutkota.id – Sutono, tokoh masyarakat Muharto sekaligus panitia Kutho Bedah Tempo Doeloe, menuturkan bahwa istilah Kutho Bedah sudah dikenal sejak lama di kalangan warga setempat.
Kata kutho berarti kota, sementara bedah berarti runtuh atau hancur. Sebutan itu lahir dari tradisi lisan para sesepuh untuk menggambarkan perjalanan Malang yang pernah mengalami keruntuhan, tetapi selalu bangkit kembali.
Dalam ingatan sejarah, Malang memang mengalami pasang surut. Mulai dari masa Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8) dengan bukti Prasasti Dinoyo, lalu berdirinya Kerajaan Tumapel di bawah Ken Arok yang berkembang menjadi Kerajaan Singasari (abad ke-13).
Singasari kemudian runtuh setelah Raja Kertanegara gugur dalam serangan Jayakatwang (1292). Dari keruntuhan itu lahirlah Majapahit, yang justru menjadikan Jawa Timur sebagai pusat kekuasaan terbesar kala itu.
Bagi warga, fase sejarah itu menggambarkan makna Kutho Bedah: kota yang runtuh, namun selalu melahirkan kebangkitan baru.
“Orang tua kami dulu sering bilang, Malang ini Kutho Bedah. Ada masa jaya, ada masa hancur, tapi tidak pernah benar-benar hilang. Selalu bangkit lagi,” ujar Sutono, Jumat (5/9/2025).
Lebih jauh, Sutono menyebut bahwa pada masa pemerintahan Presiden ke-2 RI, Soeharto, nama Kutho Bedah secara resmi diganti menjadi Muharto.
Pergantian nama itu diyakini untuk memberi identitas baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Meski begitu, istilah Kutho Bedah tetap hidup di ingatan warga dan diwariskan sebagai bagian dari cerita sejarah.
“Kalau sekarang disebut Muharto, itu memang penamaan baru sejak era Pak Harto (Soeharto). Tapi bagi kami, istilah Kutho Bedah tetap punya makna mendalam, karena di situlah akar sejarah dan filosofi perjuangan warga,” ungkap Sutono.
Kini, melalui gelaran budaya Kutho Bedah Tempo Doeloe, warga Muharto berusaha menjaga memori kolektif tersebut. Acara ini tidak hanya mengenang perjalanan sejarah Malang, tetapi juga menjadi sarana memperkuat gotong royong, melestarikan tradisi, serta memberdayakan UMKM lokal.
“Bagi kami, Kutho Bedah adalah simbol semangat. Bahwa meskipun kota pernah runtuh, masyarakatnya pasti bisa bangkit kembali dengan lebih kuat,” pungkas Sutono.