Sudutkota.id– Upaya diplomatik antara Rusia dan Ukraina menunjukkan secercah harapan dengan dimulainya proses pertukaran tahanan pada Jumat (23/5), yang merupakan hasil dari dialog langsung pertama mereka dalam lebih dari tiga tahun terakhir ini. Meski begitu, menurut sumber militer Ukraina, pertukaran ini belum rampung sepenuhnya.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengklaim pertukaran telah selesai, namun baik pihak Rusia maupun Ukraina belum mengonfirmasi pernyataan tersebut. Sumber militer menyebut prosesnya masih berlangsung dan belum mencapai titik akhir.
Dikutip dari Reuters, pertemuan selama dua jam di Istanbul minggu lalu membuahkan kesepakatan untuk menukar 1.000 tahanan. Namun, upaya mencapai gencatan senjata menemui jalan buntu, meskipun Trump mendorong solusi damai. Pertukaran tahanan kali ini merupakan hasil konkret pertama dari proses negosiasi, menyusul beberapa upaya sebelumnya yang difasilitasi Uni Emirat Arab.
“Selamat kepada kedua belah pihak atas negosiasi ini. Ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar???” tulis Trump melalui Truth Social, meski menyiratkan optimisme namun juga mengandung ketidakpastian.
Perang berkepanjangan ini telah memakan korban ratusan ribu tentara dan puluhan ribu warga sipil Ukraina, meski tanpa data resmi dari kedua pihak. Ukraina menyatakan kesiapan untuk gencatan senjata selama 30 hari, namun Rusia tetap bersikukuh pada syarat-syaratnya sebelum menghentikan serangan.
Delegasi Ukraina menilai syarat-syarat Rusia sebagai sesuatu yang mustahil, karena mencakup tuntutan menyerahkan wilayah, pelucutan senjata, serta menjauh dari aliansi Barat. Semua hal itu dinilai akan melemahkan kedaulatan mereka.
Sementara itu, Trump kini mengambil sikap lebih lunak terhadap posisi Rusia, meski sempat mempertimbangkan sanksi tambahan jika kesepakatan damai gagal dicapai. Namun, setelah berbicara langsung dengan Vladimir Putin pada hari Senin lalu, ia memutuskan untuk tidak mengambil tindakan apa pun untuk saat ini. (kae)