Menewaskan 45 Orang, Serangan Israel di Kawasan Pengungsi Rafah Picu Kemarahan Global

0
Warga Palestina mencari makanan di antara puing-puing yang terbakar setelah serangan Israel di area yang diperuntukkan bagi para pengungsi. (foto: Reuters/Mohammed Salem)
Advertisement

Sudutkota.id- Serangan udara Israel memicu kebakaran besar yang menewaskan 45 orang di tenda penampungan pengungsi di kota Rafah, Gaza pada hari Minggu (26/05) telah memicu protes dari para pemimpin global yang mendesak penerapan Pengadilan Dunia memutuskan untuk menghentikan serangan Israel.

Menurut petugas kesehatan di Gaza, lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia, seraya menambahkan bahwa jumlah korban jiwa kemungkinan akan meningkat karena lebih banyak orang yang terjebak dalam kobaran api berada dalam kondisi kritis dengan luka bakar parah.

“Seluruh dunia menyaksikan Rafah dibakar oleh Israel dan tidak ada yang melakukan apa pun untuk menghentikannya,” kata Bassam, seorang warga Rafah, melalui aplikasi chat, mengenai serangan di wilayah Rafah barat yang telah ditetapkan sebagai daerah yang aman.

Serangan itu terjadi di lingkungan Tel Al-Sultan, tempat ribuan orang berlindung setelah pasukan Israel memulai serangan darat di timur Rafah lebih dari dua minggu lalu.

Pihak militer Israel mengatakan bahwa serangan udara hari Minggu itu berdasarkan intelijen yang tepat, telah melenyapkan kepala staf kelompok militan Hamas untuk wilayah Palestina kedua dan yang lebih besar, Tepi Barat, ditambah pejabat lain di balik serangan terhadap Israel.

Sebelumnya pada hari Minggu, delapan roket dicegat setelah ditembakkan dari daerah Rafah. Seorang menteri mengatakan hal itu menunjukkan perlunya melanjutkan operasi melawan Hamas.

Namun, jaksa penuntut militer Israel menyebut serangan udara itu sangat serius dan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan.

“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) menyesalkan adanya kerugian terhadap non-kombatan selama perang,” kata Mayor Jenderal Yifat Tomer Yerushalmi pada sebuah konferensi pada hari Senin (27/5) seperti dilaporkan oleh Reuters.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia marah atas serangan terbaru Israel. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” katanya di media sosial X.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan keputusan Mahkamah Internasional harus dihormati.

“Hukum kemanusiaan internasional berlaku untuk semua orang, juga untuk perilaku perang Israel,” kata Baerbock.

Abed Mohammed Al-Attar, pengungsi yang harus rela kehilangan sanak saudara mengatakan Israel berbohong ketika mengatakan kepada penduduk bahwa mereka akan aman di wilayah barat Rafah. Kakak laki-lakinya, adik iparnya dan beberapa kerabat lainnya tewas dalam kobaran api.

“Tentara adalah pembohong. Tidak ada keamanan di Gaza. Tidak ada keamanan, tidak untuk anak-anak, pria lanjut usia, atau wanita. Di sini dia (saudara laki-laki saya) bersama istrinya, mereka syahid. Apa yang telah mereka lakukan hingga pantas menerima ini? Anak-anak mereka telah menjadi yatim piatu,” kecamnya.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan situasinya sangat mengerikan.

“Gaza adalah neraka dunia. Gambar-gambar dari tadi malam adalah satu lagi bukti akan hal itu,” tulis UNRWA di X.

Lebih dari 36.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Israel melancarkan operasi tersebut setelah militan pimpinan Hamas menyerang komunitas Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Israel mengatakan pihaknya ingin membasmi pejuang Hamas yang bersembunyi di Rafah dan menyelamatkan sandera yang menurut mereka ditahan di wilayah tersebut.

Namun mereka menghadapi kecaman global karena gagal menyelamatkan nyawa warga sipil.

“Selain kelaparan, penolakan untuk memberikan bantuan dalam jumlah yang cukup, apa yang kita saksikan tadi malam adalah hal yang biadab,” kata Menteri Luar Negeri Irlandia, Micheal Martin.

Media pemerintah Mesir mengutuk pemboman yang disengaja terhadap tenda-tenda pengungsi yang dilakukan militer Israel, dan menggambarkannya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.

Arab Saudi juga mengutuk serangan Israel dan Qatar mengatakan serangan Rafah dapat menghambat upaya menengahi gencatan senjata dan pertukaran sandera.

Tank-tank Israel telah melakukan pengintaian di sekitar tepi Rafah, dekat titik persimpangan dari Gaza ke Mesir, sejak 6 Mei dan telah memasuki beberapa distrik di bagian timurnya.

Israel terus melakukan serangan terhadap Rafah meskipun ada keputusan pengadilan tinggi PBB pada hari Jumat (24/05) yang memerintahkan mereka untuk berhenti, dengan alasan bahwa keputusan pengadilan tersebut memberikan mereka ruang untuk melakukan aksi militer di sana. (Ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here