Daerah

LSP-BNSP Batik Uji Kompetensi di Kabupaten Malang

13
×

LSP-BNSP Batik Uji Kompetensi di Kabupaten Malang

Share this article
Bertempat di Joglo SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Negeri Kabupaten Malang, Jalan Krapyak No.94, Kecamatan Kepanjen, sebanyak 11 pembatik yang bernaung di bawah LPK Ganesha-Kepanjen, Minggu (20/4/2025) mengikuti uji dan tes kompetensi pembatik.
Pelaksanaan uji kompetensi pembatik yang dilaksanakan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-BNSP) Batik di Kabupaten Malang.(foto:istimewa)

Sudutkota.id – Bertempat di Joglo SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Negeri Kabupaten Malang, Jalan Krapyak No.94, Kecamatan Kepanjen, sebanyak 11 pembatik yang bernaung di bawah LPK Ganesha-Kepanjen, Minggu (20/4/2025) mengikuti uji dan tes kompetensi pembatik.

Adapun lembaga penguji dan aksesornya adalah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-BNSP) Batik yang berkantor pusat di Semarang dengan Assesor Nasional, Ita Fitriyah, ST, MT.

Ita mengatakan, ujian kompetensi pembatik kali ini, yang diuji dan teskan adalah skema membatik cap. Uji kompetensi dilakukan seharian penuh sejak pukul 08.00 wib hingga pukul 16.00 WIB.

“Ini bagian dari tugas kami untuk menyetandarkan kemampuan para pembatik dan kali ini skema ujinya khusus untuk pembatik cap dan istimewanya pesertanya para pengajar batik dan perajin,” tegas Ita, Minggu (20/4/2025).

Assesor Nasional yang juga sebagai pemilik dari Batik Lintang, salah satu inisiator motif batik khas Kabupaten Malang, ‘Garudeya’ ini menyampaikan, ketika dilakukan verifikasi data peserta, dirinya mengaku cukup kaget.

Karena, selain para peserta adalah para pengajar (guru, dosen, dll), ternyata asal peserta uji kompetensinya kali ini bukan hanya dari wilayah Malang Raya. Namun juga dari luar Malang Raya. Yakni, dari Ponorogo sebanyak 3 peserta, Madiun, Surabaya, dan Tulungagung.

“Uji kompetensi ini bukan sekedar menguji atau asesmen skill, namun peserta juga wajib mampu melakukan asesmen mandiri sebagai bentuk attitude, yang menjadi salah satu poin dalam asesmen kami,” terang Ita,

Asesor lulusan program pasca sarjana ITN Malang yang tinggal di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang ini menjelaskan, attitude yang dimaksud ini bukan sekedar terhadap sesama atau orang lain. Melainkan juga kepada alat dan materi kompetensi batik cap serta karya.

“Nama itu kosong, Karya itu nyata, Kata pakde Anto Baret,” ujarnya mengutip slogan seniman Nasional Anto Baret yang juga dikenal sebagai pendiri KPJ Indonesia.

Batik cap dan tulis memang menjadi bagian UMKM yang berkembang sangat pesat di Jawa Timur. Hampir di setiap desa ada lebih dari dua pembatik dan galeri.

Bahkan bisa dibilang, salah satu usaha kecil yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja pada masa covid dan resesi dunia saat ini.

Tidak heran jika uji kompetensi sangat diminati ketika ada lembaga ataupun instansi-instansi terkait mengadakan.

Semakin banyak pembatik yang terus meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti uji kompetensi, maka diharapkan standar kualitas batik di Jawa Timur khususnya akan ikut meningkat dan semakin baik.

“Jauh-jauh kami dari Ponorogo demi meningkatkan kompetensi dengan sertifikasi semoga nanti membuat kualitas produksi batik kami juga meningkat,” terang Anita (35), peserta uji kompetensi asal Kabupaten Ponorogo.

Mereka sudah hadir di tempat kompetensi sejak pagi hari bersama dua teman lainnya dan juga berprofesi sebagai pengajar membatik di wilayahnya kabupaten Bhumi Reog.(pus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *