Pendidikan

Krisis Guru SR di Daerah, Kota Malang Justru Tunjukkan Ketahanan Sistem

19
×

Krisis Guru SR di Daerah, Kota Malang Justru Tunjukkan Ketahanan Sistem

Share this article
Sekolah Rakyat di Kota Malang. (Foto: Dok. Pemkot Malang)

Sudutkota.id – Polemik massalnya pengunduran diri guru Sekolah Rakyat (SR) di sejumlah daerah di Indonesia mencuat ke publik dan menjadi sorotan nasional.

Sedikitnya 160 guru dilaporkan mengundurkan diri dari penugasannya, mayoritas karena keberatan dengan lokasi penempatan yang jauh dari domisili mereka.

Namun, situasi berbeda justru terjadi di Kota Malang, Jawa Timur. Sejumlah sekolah SR di kota ini memastikan proses pendidikan tetap berjalan normal, tanpa ada tenaga pendidik yang mundur.

Kepala Sekolah Rakyat Mandiri Perintis (SRMP) 16 Kota Malang, Rida Afrilyasanti, menyampaikan bahwa seluruh kegiatan belajar mengajar di lembaganya berlangsung lancar. Ia memastikan, seluruh guru tetap menjalankan tugas tanpa adanya pengunduran diri di awal tahun ajaran baru ini.

“Alhamdulillah, di SRMP 16 Malang tidak ada guru yang mengundurkan diri. Jumlah tenaga pendidik kami tetap 12 orang, termasuk guru agama,” kata Rida saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Jumat (1/8/2025).

Menurut Rida, salah satu kunci stabilitas tenaga pendidik di SRMP 16 adalah penempatan guru yang relatif dekat dengan tempat tinggal masing-masing. Mayoritas guru yang bertugas di sekolah tersebut merupakan warga Kota Malang atau sekitarnya, sehingga tidak ada persoalan terkait akses dan akomodasi.

Di sisi lain, para guru di SRMP 16 saat ini telah menjalankan program matrikulasi literasi dan numerasi dasar untuk memetakan kemampuan awal peserta didik. Program ini dijalankan sejak hari pertama kegiatan belajar mengajar dimulai di asrama.

“Bapak Ibu guru sudah memulai program matrikulasi untuk mengetahui kemampuan dasar siswa. Ini penting agar pembelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing,” ujarnya.

Baca Juga :  SD Aisyiyah Jatinom Siapkan Generasi Beriman dan Berjiwa Wirausaha Sejak Dini

Ia menyebut, siswa kini mulai beradaptasi dengan kehidupan asrama, dan menunjukkan antusiasme dalam mengikuti kegiatan belajar.

Humas SRMP 16, Rosita Devi, menambahkan bahwa hasil awal dari program matrikulasi menunjukkan capaian positif. Skor siswa secara umum mengalami peningkatan dibanding awal masuk.

“Skor matrikulasi meningkat. Ini menandakan bahwa peserta didik mengalami perkembangan positif, baik secara akademik maupun sosial,” terang Rosita.

Program matrikulasi di sekolah ini dirancang berlangsung selama dua bulan, hingga pertengahan September 2025. Selama program berjalan, siswa yang membutuhkan perhatian khusus akan mendapat pendampingan dari guru dan wali asuh. Fokus pembelajaran tidak hanya pada aspek akademik, tapi juga pembinaan karakter dan keterampilan sosial.

Situasi serupa juga dijumpai di Sekolah Rakyat Mandiri Al-Falah (SRMA) 22 Kota Malang. Kepala sekolahnya, Rahmah Dwi Nor Wita Imtikanah, menegaskan bahwa tidak ada guru yang mengundurkan diri dari sekolah tersebut. Justru, semangat kolaborasi dan solidaritas antarpendidik semakin menguat di tengah tantangan pendidikan.

“Alhamdulillah, tidak ada guru yang mengundurkan diri. Solidaritas tenaga pendidik kami luar biasa,” kata Wita.

Menurutnya, selama dua bulan pertama, sekolah memfokuskan pada pembinaan karakter siswa sebagai bagian dari proses adaptasi dan matrikulasi. Program tersebut dirancang untuk membentuk sikap mandiri, kepemimpinan, dan kemampuan bekerja sama di lingkungan asrama.

“Kami tidak hanya mengajar mata pelajaran, tapi juga menanamkan nilai empati, tanggung jawab, dan solidaritas. Guru-guru kami aktif berkoordinasi dengan wali asrama untuk memastikan siswa mendapatkan perhatian menyeluruh,” bebernya.

Baca Juga :  Dispendik Kabupaten Malang Dorong Reformasi Pajak Digital Sekolah melalui CORETAX

Wita menambahkan, para guru juga terlibat aktif dalam mendampingi siswa yang menghadapi kendala adaptasi. Pendekatan sosial dan emosional dianggap penting karena sebagian siswa berasal dari latar belakang keluarga rentan.

Sementara itu, di tingkat nasional, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul membenarkan adanya gelombang pengunduran diri guru SR di beberapa daerah.

Ia menyebut, hingga saat ini terdapat sekitar 160 guru yang menyatakan mundur dari tugas mengajar karena lokasi penugasan dianggap terlalu jauh dari domisili mereka.

“Kurang lebih 160 guru yang mengundurkan diri. Penyebabnya karena mereka merasa penempatannya jauh dari tempat tinggal,” ujar Gus Ipul dalam keterangannya.

Namun, Gus Ipul memastikan bahwa pemerintah telah menyiapkan skema pengganti untuk memastikan tidak terganggunya proses belajar di SR. Menurutnya, masih ada ribuan guru lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang belum mendapatkan penempatan.

“Di belakangnya sudah banyak yang siap untuk menggantikan. Ada lebih dari 50 ribu guru lulusan PPG yang siap ditugaskan,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, evaluasi terhadap sistem penempatan dan kesejahteraan guru SR akan terus dilakukan agar tidak menjadi hambatan dalam keberlanjutan program pendidikan tersebut.

Dengan stabilitas yang terjaga di Kota Malang, berbagai sekolah SR di kota ini berharap dapat terus menjadi contoh baik dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis inklusi dan keberpihakan pada anak-anak dari keluarga kurang mampu. (mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *