Sudutkota.id – Di tengah berkembangnya persepsi negatif tentang kehidupan santri di pondok pesantren, Ketua Perhimpunan Pergerakan Santri Nusantara (PPSN), Asep Suriaman, S.Psi, menegaskan bahwa tradisi khidmah santri kepada kiai bukan bentuk eksploitasi atau perbudakan.
Menurutnya, khidmah justru merupakan bagian penting dari pendidikan moral dan spiritual dalam sistem pesantren. “Khidmah adalah bentuk pengabdian dan latihan keikhlasan, bukan penindasan,” tegas Asep Suriaman, Kamis (16/10/2025)
Asep menjelaskan bahwa dalam tradisi pesantren, hubungan antara santri dan kiai lebih mirip seperti hubungan anak dengan orang tuanya. Kiai memberikan ilmu dan bimbingan spiritual, sementara santri menunjukkan rasa hormat dan bakti melalui pengabdian.
“Kalau orang tua memberi bekal lahiriah, maka kiai memberi bekal batiniah. Jadi wajar bila santri menghormati kiai sebagaimana mereka menghormati orang tua,” ujar Asep.
Ia juga menilai bahwa sikap khidmah merupakan bentuk latihan mental bagi santri agar memiliki jiwa rendah hati dan tidak sombong. Melalui pengabdian kepada kiai, santri belajar arti disiplin, tanggung jawab, dan keikhlasan dalam beramal.
“Khidmah membentuk karakter santri agar siap mengabdi kepada masyarakat, bukan sekadar mencari keuntungan pribadi,” tutur Asep Suriaman.
Lebih lanjut, Asep menepis anggapan bahwa perintah kiai kepada santri bersifat memaksa atau menyengsarakan. Menurutnya, setiap aktivitas yang dilakukan santri di pesantren memiliki nilai pendidikan tersendiri.
“Apa yang diperintahkan kiai biasanya mengandung hikmah. Tidak ada niat mengeksploitasi, karena kiai adalah sosok yang ingin mendidik muridnya dengan penuh kasih sayang,” kata Asep.
Ia mencontohkan, tradisi santri mencium tangan kiai, menundukkan badan ketika berpapasan, atau segera melaksanakan perintah tanpa membantah adalah bentuk etika dan penghormatan, bukan paksaan.
“Itu bukan budaya feodal, tapi adab ilmu. Santri belajar sopan santun dan tata krama dalam menuntut ilmu,” jelas Asep.
Bagi Asep, khidmah juga menjadi wujud nyata dari ajaran Islam tentang pentingnya menghormati guru dan ulama. Bahkan ketika seorang santri telah menjadi kiai atau tokoh masyarakat, rasa hormat itu tidak pernah hilang.
“Seorang santri tetaplah santri di hadapan gurunya, karena barokah ilmu itu datang dari adab dan penghormatan,” ucap Asep.
Di akhir wawancara, Asep mengajak masyarakat untuk tidak salah paham terhadap tradisi pesantren yang telah berlangsung ratusan tahun ini. Ia menilai, pesantren justru menjadi benteng moral bangsa karena menanamkan nilai keikhlasan dan hormat kepada ilmu.
“Kalau khidmah dianggap perbudakan, maka kita kehilangan makna luhur pendidikan pesantren itu sendiri,” pungkas Asep.