Sudutkota.id- Filipina mendeteksi kasus baru virus mpox atau yang lebih dikenal dengan cacar monyet yang pertama pada tahun ini, sejak kasus virus itu pertama kali ditemukan pada Desember tahun lalu di negara itu.
Menurut Departemen Kesehatan Filipina pada hari Senin (19/8) pihaknya sedang menunggu hasil tes sebelum dapat menentukan jenisnya. Pasien adalah seorang pria Filipina berusia 33 tahun yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar Filipina.
“Kami sedang menunggu hasil pengurutan dan akan memperbaruinya setelah tersedia,” kata juru bicaranya Albert Domingo ketika ditanya tentang jenis virus tersebut seperti dilansir dari Reuters.
Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Rabu (14/8) menyatakan mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global , bentuk peringatan tertinggi, menyusul wabah di Republik Demokratik Kongo yang telah menyebar ke negara-negara tetangga.
Bentuk baru virus ini telah memicu kekhawatiran global karena tampaknya mudah menyebar melalui kontak dekat yang rutin.
Kasus varian baru tersebut dikonfirmasi pada hari Kamis (15/8) di Swedia dan dikaitkan dengan wabah yang berkembang di Afrika, tanda pertama penyebarannya ke luar benua tersebut.
Sementara di Pakistan pada hari Jumat (16/8) mengonfirmasi setidaknya satu kasus virus mpox pada seorang pasien yang baru kembali dari negara Teluk, tetapi mengatakan mereka belum mengetahui jenis virus tersebut.
Kasus baru di Filipina ini merupakan kasus ke-10 yang dikonfirmasi laboratorium yang dideteksi oleh departemen kesehatan. Kasus pertamanya terjadi pada bulan Juli 2022.
“Gejala tersebut dimulai lebih dari seminggu yang lalu dengan demam, yang diikuti empat hari kemudian dengan ditemukannya ruam pada wajah, punggung, tengkuk, badan, selangkangan, serta telapak tangan dan telapak kaki,” kata Departemen Kesehatan Filipina dalam sebuah pernyataan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus cacar monyet, yang menyebabkan gejala mirip flu dan lesi berisi nanah. Penyakit ini biasanya ringan tetapi dapat mematikan. Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, semuanya berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi. (Ka)