Internasional

Kasus Bunuh Diri Petani di India Meningkat Akibat Perubahan Iklim yang Ekstrem

9
×

Kasus Bunuh Diri Petani di India Meningkat Akibat Perubahan Iklim yang Ekstrem

Share this article
Bunuh diri di kalangan petani telah lama menjadi isu serius di India, dan kini cuaca ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim semakin meningkatkan risiko tersebut. Hasil panen menurun drastis akibat suhu tinggi, curah hujan yang tidak menentu, banjir, serta kekeringan. Semua ini terjadi di sektor pertanian yang mempekerjakan sekitar 45 persen dari 1,4 miliar penduduk India.
Mirabai Khindkar di gubuknya yang dibangun di sebuah lahan pertanian kecil di negara bagian Maharashtra, India. (foto: Dok. AFP News)

Sudutkota.id– Bunuh diri di kalangan petani telah lama menjadi isu serius di India, dan kini cuaca ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim semakin meningkatkan risiko tersebut. Hasil panen menurun drastis akibat suhu tinggi, curah hujan yang tidak menentu, banjir, serta kekeringan. Semua ini terjadi di sektor pertanian yang mempekerjakan sekitar 45 persen dari 1,4 miliar penduduk India.

Di negara bagian Maharashtra, India, seorang petani bernama Mirabai Khindkar berjuang menghadapi utang yang kian menumpuk setelah panen gagal akibat kekeringan parah. Suaminya, bunuh diri tahun lalu karena tekanan finansial yang tak kunjung mereda.

Menurut Pusat Sains dan Lingkungan yang berbasis di New Delhi, peristiwa cuaca ekstrem tahun lalu berdampak pada sekitar 3,2 juta hektar lahan pertanian, lebih dari 60 persen di antaranya berada di Maharashtra.

“Musim panas sangat ekstrem, dan meskipun sudah berusaha maksimal, hasilnya tetap tidak cukup,” ujar Balaji Khindkar, saudara ipar Mirabai yang juga sesama petani, dikutip dari AFP News pada Senin (09/06).

Baca Juga :  Menyeruak Dugaan Pungli Penerimaan SK PPPK di Kabupaten Malang, PUSDEK: Ultimatum Kembalikan Uang Secepatnya

Data pemerintah menunjukkan bahwa antara 2022 hingga 2024, sedikitnya 3.090 petani di wilayah Maharashtra yang dulunya dikenal subur, bunuh diri. Meski statistik resmi tidak selalu mencantumkan penyebab spesifik, para ahli menyebut beban utang dan gagal panen sebagai faktor utama.

“Bunuh diri petani di India erat kaitannya dengan krisis pendapatan, investasi, dan produktivitas,” kata R. Ramakumar, seorang profesor studi pembangunan di Tata Institute of Social Sciences. Ia menambahkan bahwa cuaca yang tidak menentu akibat perubahan iklim meningkatkan risiko gagal panen dan melemahkan ekonomi pertanian, terutama bagi petani kecil.

Pemerintah didesak untuk memperbaiki skema asuransi pertanian dan meningkatkan investasi dalam penelitian pertanian guna membantu petani menghadapi dampak perubahan iklim.

“Pertanian seharusnya tidak menjadi perjudian musiman,” tegas Ramakumar.

Banyak petani berusaha meningkatkan hasil panen dengan membeli pupuk dan membangun sistem irigasi. Namun, keterbatasan akses kredit membuat sebagian besar petani terpaksa meminjam dari rentenir dengan bunga tinggi. Akibatnya, utang terus bertambah dan menjadi beban yang sulit teratasi.

Baca Juga :  Sampaikan Visi-Misi, Anies Buka Pakai Bahasa Isyarat

“Sulit untuk bertahan hidup hanya dengan bertani,” kata Mirabai, yang kini bekerja sebagai buruh tani di ladang lain. Utang keluarganya telah menembus angka 130 juta rupiah, jauh di atas pendapatan rata-rata bulanan petani India yang sekitar 2 juta rupiah. Ia berharap anak-anaknya kelak bisa bekerja di luar sektor pertanian.

Di ladang lain di Marathwada, Shaikh Imran (32) terpaksa mengambil alih pertanian keluarga setelah saudaranya bunuh diri. Ia pun telah terlilit utang lebih dari 17 juta rupiah setelah meminjam untuk menanam kedelai.

Sementara itu, di tengah krisis air yang parah, petani kerap menggali sumur dalam upaya menemukan air untuk mengairi sawah.

“Tidak ada air untuk diminum, apalagi untuk sawah,” pungkas Khatijabi, seorang kepala keluarga petani lainnya. (kae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *