Peristiwa

Karawitan Malang Berduka: Mbah Ahmadi bin Miru Berpulang, Warisan Budaya Abadi

26
×

Karawitan Malang Berduka: Mbah Ahmadi bin Miru Berpulang, Warisan Budaya Abadi

Share this article
Kabar duka menyelimuti dunia seni dan budaya tradisional di Malang Raya. Maestro karawitan legendaris, Mbah Ahmadi bin Miru, tutup usia pada Kamis, (17/07/2025) di kediamannya di Kelurahan Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
ucapan berduka cita.

Sudutkota.id– Kabar duka menyelimuti dunia seni dan budaya tradisional di Malang Raya. Maestro karawitan legendaris, Mbah Ahmadi bin Miru, tutup usia pada Kamis, (17/07/2025) di kediamannya, Kelurahan Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Sosok sepuh yang dikenal sebagai penjaga warisan gending Jawa ini wafat dalam usia 83 tahun. Wafatnya Mbah Ahmadi menjadi kehilangan besar, tak hanya bagi keluarga dan para muridnya, namun juga bagi dunia seni tradisi yang selama ini ia rawat dengan sepenuh jiwa.

“Innalillahi wa innailaihi roji’un. Sosok Mbah Ahmadi bukan hanya guru karawitan, tapi penjaga nilai, penjaga ruh budaya kita. Beliau telah menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda dengan ketekunan dan cinta yang luar biasa,” ujar Ki Bambang Sukesi, murid sekaligus sahabat almarhum.

Sementara itu, Ratri yang merupakan cucu almarhum yang kini menjadi pengajar seni di salah satu SMK Negeri di Malang mengatakan, bahwa mbah Ahmadi dikenal sebagai tokoh sentral dalam dunia karawitan Malang Wetanan. Selama puluhan tahun membina berbagai kelompok seni karawitan, dari Tumpang, Pakis, Jabung, hingga Kedungkandang. Ia juga menjadi pembimbing tetap di beberapa sekolah dan sanggar seni budaya.

Baca Juga :  Lansia di Kota Malang Diemukan Gantung Diri Dekat Pintu Dapur Rumahnya

Dedikasi dan keteladanan tak hanya dikenal di tingkat lokal, namun juga pernah beberapa kali diundang dalam forum budaya provinsi dan nasional. Ia tak hanya menciptakan gending-gending khas, tapi juga menanamkan filosofi Jawa pada murid-muridnya.

“Gending bukan hanya suara indah. Ia cerminan jiwa. Itu yang selalu beliau tekankan pada kami,” ungkapnya.

Jenazah Mbah Ahmadi dimakamkan di pemakaman keluarga di Kelurahan Kedungkandang pada Kamis sore. Prosesi berlangsung haru, dengan iringan tabuhan gamelan dari kelompok asuhannya yang memainkan tembang gending lirih sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan duka mendalam. Kepala Dinas, Suwarjana, mengatakan bahwa almarhum adalah tokoh penting dalam dunia pendidikan non-formal dan pelestarian budaya.

“Beliau adalah sosok langka yang mengabdikan hidupnya sepenuhnya untuk budaya. Tidak banyak orang seperti beliau. Kami atas nama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang sangat berduka,” ujar Suwarjana.

Baca Juga :  Polisi Beberkan Kronologi Kecelakaan Motor Vs Truk Muatan Tebu di Sulfat Malang

Ia menambahkan, pihaknya sedang mengkaji kemungkinan memberikan penghargaan anumerta atas jasa-jasa almarhum dalam pelestarian budaya lokal.

“Kami akan bicarakan secara resmi di internal. Nama Mbah Ahmadi patut diabadikan, baik sebagai nama ruang, sanggar atau program pembinaan seni yang berkelanjutan,” tegasnya.

Warisan Mbah Ahmadi tidak hanya dalam bentuk karya musik tradisional, tetapi juga dalam nilai dan semangat yang ia tanamkan ketulusan, konsistensi, dan penghormatan terhadap leluhur. Di tengah derasnya arus modernisasi, Mbah Ahmadi menjadi benteng budaya yang menjaga tradisi tetap hidup.

Ribuan ucapan duka membanjiri media sosial. Banyak yang menyampaikan kenangan semasa berguru atau tampil bersama beliau dalam berbagai pertunjukan rakyat.

“Selamat jalan, Mbah. Tabuhan gamelanmu akan terus hidup di hati kami. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa almarhum, menerima seluruh amal baiknya, serta memberi ketabahan dan kekuatan bagi keluarga yang ditinggalkan. Aamiin,” tulis salah satu mantan muridnya melalui media sosial. (mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *