Sudutkota.id – Di tengah deretan bangunan bersejarah kawasan Kayutangan Heritage, Kota Malang, berdiri tegak sebuah gedung yang menjadi saksi perjalanan panjang dunia telekomunikasi di kota ini.
Kantor Telkom Jalan Jendral Basuki Rahmat. Lokasinya berada di poros utama pusat kota, berseberangan dengan deretan pertokoan legendaris, dan di bagian depannya kini membentang jembatan penyeberangan orang (JPO) yang memudahkan warga melintas di jalur sibuk tersebut.
Bangunan ini pertama kali berdiri pada 8 Juli 1909, dibangun oleh BOW (Burgelijke Openbare Werken) pada masa kolonial Belanda. Saat itu, gedung ini difungsikan sebagai kantor pos, telegram, dan telepon, tiga layanan komunikasi vital pada awal abad ke-20.
Keberadaannya menjadi pusat pergerakan informasi di Malang, menghubungkan warga kota dengan berbagai daerah di Nusantara bahkan luar negeri.
Memasuki tahun 1917, pengelolaan layanan telekomunikasi dialihkan ke pemerintah Kotapraja. Kapasitas sambungan telepon meningkat pesat dari sekitar 275 menjadi 1.000 sambungan, dengan pengguna mayoritas dari kalangan Eropa yang bermukim di Malang. Suasana gedung kala itu selalu ramai oleh lalu lintas informasi dan interaksi sosial.
Namun, sejarah gedung ini tak luput dari gejolak perjuangan. Saat Agresi Militer Belanda I, bangunan ini dibakar oleh pejuang kemerdekaan untuk memutus jalur komunikasi lawan.
Kebakaran itu hanya menyisakan dinding bagian depan. Setelah perang usai, gedung ini direnovasi kembali, mempertahankan fungsinya, dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi komunikasi dari masa ke masa.
Era Orde Baru menjadi masa keemasan baru bagi Kantor Telkom Kayutangan. Gedung ini menjadi pusat pelayanan pemasangan telepon rumah, pembayaran tagihan, hingga wartel (warung telekomunikasi) yang populer pada 1980–1990-an.
Pada masa itu, loket-loket pelayanan selalu dipenuhi warga yang mengantri, sementara suara dering telepon dan aktivitas operator menjadi keseharian.
Memasuki tahun 2000-an, meski penggunaan telepon rumah mulai menurun akibat ponsel, kantor ini beradaptasi. Layanan internet kabel seperti Speedy, Indihome, dan jaringan serat optik diperkenalkan dari gedung ini.
Transformasi digital juga diwujudkan dengan menghadirkan Telkomsel Corner di bagian depan, melayani kartu prabayar, pascabayar, hingga layanan data seluler.
Kini, bangunan berciri dinding bata merah dengan menara putih berlogo Telkom itu tampil modern namun tetap mempertahankan wibawa arsitektur lamanya.
Di depannya, JPO menjadi penanda visual yang memisahkan namun sekaligus menghubungkan dua sisi Kayutangan, menciptakan pemandangan khas perpaduan heritage dan modernisasi.
Meski tidak ada catatan publik resmi mengenai luas lahannya, peran gedung ini tetap vital. Dari dering telepon manual hingga koneksi internet berkecepatan tinggi, Kantor Telkom Kayutangan telah lebih dari satu abad menjadi simpul komunikasi warga Kota Malang, menyaksikan perubahan teknologi, sosial, dan wajah kota dari waktu ke waktu.(mit)