Internasional

Kain Kafan Langka di Gaza, Jenazah Warga Terpaksa Dibungkus Selimut

9
×

Kain Kafan Langka di Gaza, Jenazah Warga Terpaksa Dibungkus Selimut

Share this article
Kelangkaan kain kafan di Gaza memaksa keluarga korban membungkus jenazah dengan selimut tebal. Kondisi memilukan ini terjadi di tengah meningkatnya korban jiwa akibat serangan Israel dan memburuknya krisis kelaparan.
Seorang warga Palestina yang tewas akibat tembakan Israel saat mencoba menerima bantuan. (foto: Reuters/Mahmoud Issa)

Sudutkota.id– Kelangkaan kain kafan di Gaza memaksa keluarga korban membungkus jenazah dengan selimut tebal. Kondisi memilukan ini terjadi di tengah meningkatnya korban jiwa akibat serangan Israel dan memburuknya krisis kelaparan.

Otoritas kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 40 warga tewas pada Senin, termasuk 10 orang yang sedang mencari bantuan, akibat tembakan dan serangan udara Israel pada Senin (04/08). Lima korban lainnya meninggal karena kelaparan, yang menurut badan-badan kemanusiaan dapat menjadi bencana kelaparan besar.

Petugas medis menyebut sepuluh korban tewas dalam dua insiden terpisah di dekat lokasi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) di wilayah Gaza tengah dan selatan. PBB mencatat lebih dari 1.000 warga telah tewas sejak GHF mulai beroperasi pada Mei 2025, sebagian besar ditembak pasukan Israel yang berada di dekat lokasi distribusi bantuan.

Di Rumah Sakit Al Shifa, Kota Gaza, beberapa jenazah dibungkus dengan selimut bermotif tebal karena persediaan kain kafan putih yang memiliki makna penting dalam pemakaman Islam semakin menipis.

Baca Juga :  Wisata Balon Udara Berubah Tragis, 8 Orang Tewas di Brazil

“Setiap orang yang pergi mencari bantuan, pulang membawa sekantong tepung atau pulang tak bernyawa. Tidak ada yang pulang dengan selamat,” kata Bilal Thari, seorang warga Gaza.

Dilansir dari Reuters, sehari sebelumnya, sedikitnya 13 orang tewas saat menunggu truk bantuan PBB di perlintasan Zikim di perbatasan Israel–Gaza utara. Belum ada komentar langsung dari Israel terkait insiden tersebut.

Militer Israel menyatakan tidak menembak di sekitar pusat distribusi bantuan di Jalur Gaza selatan pada Senin, namun mengklaim telah mengambil langkah agar bantuan lebih mudah masuk, termasuk penghentian pertempuran sementara di beberapa wilayah, pengiriman bantuan udara, serta penetapan jalur aman untuk konvoi.

Kementerian Kesehatan Gaza menyebut total korban kelaparan telah mencapai 180 orang sejak perang dimulai, termasuk 93 anak-anak. PBB menegaskan bantuan udara tidak mencukupi, dan Israel harus segera mengizinkan lebih banyak bantuan darat masuk.

Badan Koordinasi Pemerintah untuk Kegiatan di Wilayah (COGAT) Israel menyebut pekan lalu lebih dari 23.000 ton bantuan dalam 1.200 truk telah masuk ke Gaza, namun ratusan truk belum berhasil disalurkan oleh PBB dan organisasi internasional. Dalam beberapa jam terakhir, 120 paket bantuan makanan dijatuhkan dari udara oleh enam negara yang bekerja sama dengan COGAT.

Baca Juga :  Pemkot Batu Bekerjasama dengan PT Taspen Malang Demi Tingkatkan Pelayanan Publik

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas menyebut lebih dari 600 truk bantuan telah tiba sejak Israel melonggarkan pembatasan pada akhir Juli. Namun, saksi mata mengatakan banyak bantuan dijarah oleh pengungsi yang putus asa dan kelompok bersenjata.

Pejabat Palestina dan PBB menyatakan Gaza membutuhkan sekitar 600 truk bantuan per hari, jumlah yang sama seperti sebelum perang. Konflik Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang di Israel selatan.

Sejak itu, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, menurut data otoritas kesehatan Gaza yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil. Israel menyebut 50 sandera masih berada di Gaza, dengan hanya 20 yang diyakini masih hidup. (kae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *