Sudutkota.id– Jepang menggelar peringatan 80 tahun pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, tragedi yang menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menjadi titik akhir Perang Dunia II pada Rabu (06/08/2025).
Pengeboman Hiroshima pada 6 Agustus 1945 menewaskan sekitar 140.000 orang, diikuti bom kedua di Nagasaki tiga hari kemudian yang menewaskan 70.000 orang. Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, mengakhiri perang sekaligus agresi militernya di Asia.
Upacara di Hiroshima dihadiri sekitar 55.000 orang dari 120 negara dan wilayah. Tepat pukul 08.15 waktu setempat, waktu bom dijatuhkan 80 tahun lalu. Lonceng perdamaian dibunyikan dan hadirin mengheningkan cipta selama satu menit. Perdana Menteri Shigeru Ishiba, Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui, serta perwakilan negara asing meletakkan bunga di tugu peringatan. Puluhan merpati putih dilepaskan sebagai simbol perdamaian.
Sejak fajar, warga dan keluarga korban telah mendatangi Taman Peringatan Perdamaian, yang berada dekat lokasi hiposentrum ledakan.
“Saya datang setiap tahun untuk mengenang kakek dan dua sepupu saya yang tewas,” kata Kazuo Miyoshi, 74 tahun.
“Harapan saya sederhana, tragedi ini tidak boleh terulang,” sambungnya.
Dilansir dari AP News, lebih dari 200 orang menggelar aksi menolak senjata nuklir dan perang di dekat Kubah Bom Atom.
“Tolak nuklir, hentikan perang!” teriak para demonstran, sambil membawa poster bertuliskan pesan perdamaian. Polisi menangkap dua orang dalam insiden terpisah.
Dalam pidatonya, Wali Kota Matsui mengingatkan bahwa pelajaran dari tragedi sejarah ini terancam dilupakan di tengah meningkatnya dukungan global terhadap senjata nuklir.
“Perkembangan ini mengancam meruntuhkan kerangka perdamaian yang dibangun dengan susah payah,” terangnya.
Dari Vatikan, Paus Leo XIV berdoa agar peringatan ini menjadi panggilan untuk memperbarui komitmen perdamaian dunia.
“Semoga tragedi ini tidak hanya dikenang, tetapi menjadi komitmen yang mengikat umat manusia untuk hidup tanpa perang,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Pemerintah Jepang tetap menolak menandatangani Perjanjian Larangan Senjata Nuklir karena berada di bawah payung nuklir Amerika Serikat. PM Shigeru Ishiba menegaskan Jepang berkomitmen menuju dunia bebas nuklir, namun juga harus menjaga keamanan nasional. (kae)