Sudutkota.id – Penguasaan wilayah Gaza menjadi sorotan dunia ketika Israel mengumumkan perluasan besar operasi militer di wilayah tersebut. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa sebagian besar wilayah kantong Gaza akan direbut dan ditambahkan ke zona keamanan Israel pada Rabu (02/4).
Rencana evakuasi besar-besaran penduduk dari wilayah yang sedang bertempur juga telah disusun, di mana warga Gaza dipersilakan untuk menyingkirkan Hamas dan membebaskan sandera Israel sebagai syarat mengakhiri konflik.
Dalam sebuah pernyataan yang mengejutkan, Katz tidak memberikan rincian seberapa besar tanah yang akan direbut oleh Israel. Namun, serangan udara Israel terhadap dua rumah di wilayah Palestina pada hari Rabu pagi menewaskan sedikitnya 15 orang, termasuk anak-anak.
Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal, Tiga belas martir, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan fajar ketika rumah yang melindungi orang-orang terlantar di Khan Yunis tengah diserang. Sedangkan dua orang lainnya tewas dalam serangan terhadap rumah di kamp Nuseirat, di Gaza tengah.
“Tiga belas martir, termasuk anak-anak, tewas saat fajar ketika pasukan pendudukan (tentara Israel) mengebom sebuah rumah yang melindungi orang-orang terlantar di Khan Yunis tengah, di Gaza selatan,” ungkapnya seperti dikutip AFP News.
Ia juga menambahkan dua orang lainnya tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah rumah di kamp Nuseirat, di Gaza tengah.
Israel telah meningkatkan keamanan dengan mendirikan zona penyangga di sekitar Gaza, memperluas area yang ada sebelumnya dan menambahkan area keamanan di koridor Netzarim di tengah Gaza.
Dalam upaya memperkuat kontrol atas wilayah tersebut, pemimpin Israel juga merencanakan fasilitasi keberangkatan sukarela warga Palestina dari Gaza setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengusulkan evakuasi permanen dan pembangunan kembali daerah itu sebagai resor pantai di bawah kendali AS.
Sementara itu, serangan udara terus dilancarkan Israel di Gaza, disertai dengan pengiriman pasukan darat bulan ini setelah beberapa bulan relatif tenang pasca berakhirnya gencatan senjata.
Meskipun upaya mediasi Qatar dan Mesir untuk mengakhiri konflik belum menunjukkan kemajuan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap yakin bahwa tekanan militer adalah kunci untuk membebaskan 59 sandera yang masih ditahan.
Sebuah babak baru konflik di Gaza pun kembali memasuki fase yang lebih kompleks, menantang ketahanan dan upaya perdamaian bagi kedua belah pihak. (Ka)