Inilah Alasan Bagaimana Stres Bisa Mempengaruhi Berat Badan

0
Ilustrasi stres pengaruhi berat badan. (foto: freepik.com)
Advertisement

Sudutkota.id- Stres pada seseorang faktanya tidak hanya menyerang psikis, namun bisa mempengaruhi kesehatan fisik, seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh, memicu sakit kepala, masalah pencernaan, hingga memengaruhi berat badan seseorang.

Untuk stres yang dapat berdampak langsung pada berat badan, entah itu menyebabkan penurunan atau penambahan berat badan, dapat berbeda-beda dari orang ke orang karena hal itu mempengaruhi perilaku dan pola makan.

Menurut halodoc, stres bisa memengaruhi berat badan seseorang lewat berbagai cara. Pada beberapa kasus, stres menyebabkan kacaunya jadwal makan seseorang. Misalnya, seseorang yang dilanda stres biasanya cenderung melewatkan waktu makan dan memilih makanan yang buruk.

Bagi sebagian orang, stres membuat mereka kehilangan selera untuk makan. Sering kali, perubahan ini hanya bersifat sementara. Berat badan mungkin kembali normal setelah pemicu stres berlalu.

Saat stres melanda, tubuh mempersiapkan diri dengan melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol. Adrenalin dilepaskan tubuh ketika kamu melakukan aktivitas berat, tetapi hormon ini juga dapat meminimalkan keinginan seseorang untuk makan.

Sementara itu, kortisol memberikan sinyal pada tubuh untuk sementara waktu menekan fungsi-fungsi yang tidak penting selama krisis. Fungsi yang dimaksud termasuk respons sistem pencernaan, kekebalan, dan reproduksi.

Perubahan hormon dan kekacauan pikiran ini lah yang membuat seseorang cenderung tidak ingin makan ketika sedang stres. Di samping itu, stres juga menguras tenaga, sehingga seseorang tidak dapat memikirkan hal lainnya, termasuk makan.

Di lain sisi, stres tidak hanya menyebabkan penurunan berat badan saja. Pada beberapa kasus justru sebaliknya, stres dapat memicu kenaikan berat badan. Kondisi ini disebut sebagai stress eating atau emotional eating.

Seseorang yang mengalami kondisi tersebut akan makan secara berlebihan saat dalam kondisi emosional, tanpa disertai rasa lapar.

Pada kondisi ini, mereka akan makan secara emosional untuk melupakan masalah atau kesedihan yang sedang dihadapi. Nah, bila dibiarkan terus-menerus, dampak stress eating ini memicu kenaikan berat badan atau obesitas.

Menurut sebuah studi, stress eating ini lebih umum dialami wanita ketimbang pria. Wanita lebih cenderung beralih ke makanan saat dilanda stres, sedangkan pria ke konsumsi alkohol atau merokok. Studi terhadap 5.000 pria dan wanita di Finlandia mengatakan, obesitas dikaitkan dengan pola makan terkait stres pada wanita, tetapi tidak pada pria.

Menurut para ahli, stres memicu kecanduan dan meningkatkan risiko penyakit. Stres kronis juga dapat mengubah pola makan dan memengaruhi pilihan makanan. Meski beberapa orang makan lebih sedikit saat sedang stres, tapi ada pula yang cenderung makan berlebihan dan mengasup makanan berkalori tinggi.

Saat stres terjadi, kelenjar adrenal melepaskan hormon yang disebut kortisol. Hormon stres ini juga meningkatkan nafsu makan dan memotivasi seseorang untuk makan, terutama makanan tinggi lemak, gula, atau keduanya. (Aam)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here