Sudutkota.id – Di tengah pusat kota Malang yang sibuk dan terus bertumbuh, terdapat sebuah bangunan yang tak hanya menjadi tempat menginap, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan penjaga budaya Nusantara.
Hotel Tugu Malang, berdiri megah di sisi barat Tugu Kota Malang, tepat di depan Balai Kota, adalah hotel yang menyatukan seni, sejarah, dan spiritualitas dalam setiap sudut ruangnya.
Didirikan pada tahun 1989 oleh Anhar Setjadibrata, seorang pengacara yang bertransformasi menjadi kolektor benda antik. Hotel Tugu hadir bukan semata karena orientasi bisnis. Ia lahir dari sebuah misi pribadi: menyelamatkan dan memamerkan kekayaan budaya Indonesia yang selama ini tercecer dan nyaris terlupakan.
Anhar mengumpulkan berbagai benda langka dari Jawa, Bali, Cina, hingga peninggalan kolonial Belanda, lalu menjadikannya bagian integral dari konsep hotel butik yang artistik dan bernilai sejarah tinggi.
Sejak awal berdirinya, Hotel Tugu telah mencuri perhatian wisatawan dalam dan luar negeri. Interiornya memadukan arsitektur kolonial dengan nuansa spiritual khas Jawa.
Setiap kamar, lorong, dan ruang perjamuan memiliki tema tersendiri yang merujuk pada masa-masa kejayaan kerajaan Nusantara maupun warisan kebudayaan lokal. Para tamu yang menginap tak hanya disuguhi kemewahan dan kenyamanan, namun juga pengalaman menyelami sejarah Indonesia yang hidup.
Namun di balik segala kemegahan itu, ada satu bagian dari hotel ini yang menyimpan kisah yang lebih dalam dan lebih sunyi: sebuah kamar khusus yang tidak dibuka untuk umum sembarangan.
Di kalangan internal hotel dan pengunjung tertentu, kamar tersebut dikenal sebagai Ruang Sang Maharani atau disebut pula sebagai Kamar 44.
Kamar ini menyimpan aura yang berbeda. Interiornya didominasi warna hijau zamrud dan emas, penuh dengan ornamen Jawa klasik dan kain-kain keraton yang menggantung di langit-langit.
Di dalamnya juga terdapat lukisan seorang wanita agung berjubah hijau yang menurut kepercayaan Jawa diyakini sebagai representasi Nyi Roro Kidul, sang penguasa Laut Selatan.
Konon, kamar ini pernah dipakai oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, saat berkunjung ke Malang pada era awal kemerdekaan. Soekarno dikenal memiliki hubungan khusus dengan simbolisme spiritual Jawa, termasuk penghormatan terhadap kekuatan-kekuatan gaib seperti Nyi Roro Kidul.
Oleh sebab itu, banyak yang percaya bahwa kamar tersebut memang disiapkan secara khusus sebagai tempat meditasi atau ritual spiritual pada masa itu.
Pihak manajemen hotel tak sembarangan membuka akses ke kamar ini. Hanya tamu-tamu tertentu yang bisa menginap di dalamnya dan itu pun harus melalui proses verifikasi dan persetujuan khusus. Bahkan staf hotel pun mengaku hanya masuk ke kamar itu untuk urusan penting, dan dengan tata cara yang telah ditentukan.
Beberapa tamu yang pernah bermalam di kamar tersebut menyampaikan pengalaman yang tak biasa: mimpi simbolik, kehadiran aroma bunga melati yang datang tiba-tiba, hingga perasaan tenang luar biasa yang sulit dijelaskan.
Bagi masyarakat Jawa yang masih memegang kuat nilai-nilai spiritual, kamar ini bukan sekadar tempat tidur, tapi semacam ruang penghormatan bagi kekuatan alam semesta.
Cerita-cerita seputar kamar ini memang belum pernah dikonfirmasi secara resmi oleh pihak hotel secara terbuka. Namun kisah tersebut tetap hidup, diwariskan dari mulut ke mulut oleh warga, pemandu wisata, hingga tokoh-tokoh spiritual. Hotel Tugu, dengan kesadaran tinggi akan nilai-nilai budaya lokal, justru membiarkan misteri itu tetap terjaga sebagai bagian dari kekayaan narasi Malang.
Tak hanya menyimpan kisah mistis, Hotel Tugu juga menjadi tempat berlangsungnya berbagai pertemuan penting, pertunjukan seni, hingga pameran budaya. Restoran legendaris Melati Restaurant dan Tugu Tea House yang berada di kompleks hotel menyajikan resep-resep kuno khas Indonesia dalam atmosfer kolonial nan hangat.
Bahkan di halaman hotel, pengunjung akan menemukan patung-patung klasik dan hiasan lampu khas keraton yang menyatu dengan lanskap taman Tugu Malang yang ikonik.
Lebih dari tiga dekade sejak dibuka, Hotel Tugu tetap mempertahankan misinya sebagai penjaga warisan budaya dan nilai-nilai spiritual Nusantara. Di tengah gelombang modernisasi dan maraknya hotel berkonsep global, Hotel Tugu memilih jalan berbeda: menyatu dengan akar sejarah lokal dan menjadikannya jiwa dari setiap pelayanan.
Bagi para wisatawan, sejarawan, seniman, hingga peziarah spiritual, Hotel Tugu Malang bukan hanya tujuan, melainkan pengalaman. Sebuah tempat di mana kemewahan bertemu dengan kearifan, dan di mana sejarah tak sekadar dibaca tapi dirasakan.(mit)