Daerah

Hari Pertama Jembatan Bailey Pelita Dibuka, Warga Lega

24
×

Hari Pertama Jembatan Bailey Pelita Dibuka, Warga Lega

Share this article
Setelah berbulan-bulan terputus akibat kerusakan jembatan lama, akses vital di kawasan Pelita akhirnya berfungsi kembali. Selasa (20/11).
Kepala DPUPR Kota Malang, Dandung Djulharjanto saat berkoordinasi dengan Wali Kota Malang Wahyu Hidayat di Jembatan Bailey. (foto: sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id- Setelah berbulan-bulan terputus akibat kerusakan jembatan lama, akses vital di kawasan Pelita akhirnya berfungsi kembali. Selasa (20/11).

Jembatan Bailey akhirnya resmi mulai dibuka terbatas untuk warga. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat bersama Kepala DPUPR Kota Malang Dandung Djulharjanto turun langsung meninjau kondisi jembatan dan alur penggunaan di hari pertama pembukaan.

Kepala DPUPR Kota Malang Drs. R. Dandung Djulharjanto, MT menyampaikan bahwa konstruksi Bailey secara teknis mampu menahan beban cukup besar. Namun Pemkot memilih menerapkan pembatasan ketat demi faktor keselamatan.

“Secara konstruksi Bailey ini kuat, mampu menahan beban. Tetapi kebijakan kami tetap membatasi penggunaannya. Keselamatan warga itu yang utama,” tegas Dandung.

Ia menyebut sejak pukul 06.00 dirinya bersama tim sudah berada di lokasi melakukan pengecekan dan memantau arus warga.

DPUPR juga menemukan salah satu titik kritis di sisi selatan jembatan yang terlalu rendah, sehingga rawan menyebabkan kendaraan tersangkut. Perbaikan langsung dilakukan hari itu juga.

“Sisi selatan itu agak rendah. Hari ini langsung kita sesuaikan supaya kendaraan tidak sampai menyangkut. Evaluasi akan kita lakukan setiap saat,” jelasnya.

Selain itu, DPUPR menyiapkan pengaturan tinggi maksimal kendaraan serta simulasi perlintasan untuk menghindari gesekan dengan struktur Bailey.

Dandung sama-sama mengingatkan bahwa jembatan tidak boleh dilalui secara bebas. Ada pembatasan jumlah orang, waktu operasional, hingga jenis kendaraan.

“Ikuti arahan petugas. Jangan memaksa lewat ketika sedang ditutup sementara. Kita jaga bersama supaya aman,” ujar Dandung.

Petugas dari kelurahan dan kecamatan ditempatkan di dua sisi jembatan untuk mengatur ritme penggunaan.

Sejumlah warga menyampaikan rasa lega dengan dibukanya akses ini. Selama dua bulan terakhir banyak dari mereka harus memutar hingga dua sampai tiga kali lipat jarak normal.

Bailey ini bukan jembatan utama. Dandung memastikan pembangunan jembatan permanen akan dimulai awal 2026 setelah proses penganggaran selesai.

“Untuk jembatan permanen, awal 2026 sudah mulai pekerjaan. Panjangnya tetap 17 meter, tapi lebarnya menjadi 9 meter. Lebih lebar dan lebih aman,” ungkapnya.

Selain pelebaran, jembatan permanen juga akan ditinggikan karena elevasi jalan di kedua sisi kini lebih tinggi.

“Jembatan akan kita tinggikan supaya sejajar dengan jalan. Jadi nanti tidak ada lagi turunan tajam yang berbahaya,” tambahnya.

Dandung berharap pembangunan jembatan permanen bisa menjawab kebutuhan mobilitas warga sekaligus memperkuat konektivitas kawasan Bailey.

Dandung juga menegaskan bahwa Jembatan Bailey tidak bisa dibiarkan tanpa pengawasan. Ia memastikan DPUPR akan melakukan perawatan rutin setiap minggu, termasuk pengecekan baut yang longgar, kondisi gelagar, hingga keseimbangan struktur.

“Setiap minggu akan ada perawatan. Kalau ada baut yang longgar, langsung kita perbaiki. Bailey ini harus terus dipantau,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya akan memasang CCTV pengawas di dua sisi jembatan untuk memantau kepadatan, keselamatan pengguna, dan potensi pelanggaran aturan lintasan.

“Kami juga siapkan pemasangan CCTV supaya pengawasan lebih mudah. Termasuk untuk melihat apakah ada kendaraan yang memaksa masuk saat jam pembatasan,” pungkas Dandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *