Internasional

Fasilitas Nuklir Diserang, Iran Ancam Balas AS dan Israel

58
×

Fasilitas Nuklir Diserang, Iran Ancam Balas AS dan Israel

Share this article
Ketegangan global meningkat setelah Amerika Serikat melancarkan serangan besar ke fasilitas nuklir Fordow milik Iran pada Sabtu (21/6). Serangan ini menandai eskalasi terbaru konflik Timur Tengah dan menjadi aksi militer Barat paling signifikan terhadap Iran sejak Revolusi Islam 1979.
Pemandangan satelit menunjukkan gambaran umum kompleks bawah tanah Fordow, setelah AS menyerang fasilitas nuklir bawah tanah, dekat Qom, Iran 22 Juni 2025. (foto: Reuters/ Maxar Technologies)

Sudutkota.id– Ketegangan global meningkat setelah Amerika Serikat melancarkan serangan besar ke fasilitas nuklir Fordow milik Iran pada Sabtu (21/6). Serangan ini menandai eskalasi terbaru konflik Timur Tengah dan menjadi aksi militer Barat paling signifikan terhadap Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Iran bersumpah akan membalas. Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan bahwa negaranya akan mempertimbangkan semua opsi tanggapan.

“Tidak ada jalan keluar dari diplomasi sampai kami membalas. AS menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati hukum internasional. Mereka hanya mengerti bahasa ancaman dan kekerasan,” katanya dalam pertemuan di Istanbul seperti dikutip dari Reuters

Serangan yang dilakukan AS menggunakan bom penghancur bunker seberat 30.000 pon dan menghantam gunung di atas situs pengayaan uranium Fordow. Meski belum ada konfirmasi resmi dari Teheran mengenai kerusakan, citra satelit menunjukkan kehancuran signifikan pada fasilitas bawah tanah tersebut.

Presiden AS Donald Trump menyebut operasi itu sebagai “keberhasilan militer spektakuler” dan bahkan menyiratkan dukungan terhadap perubahan rezim di Iran melalui unggahannya di platform Truth Social.

“Tidaklah tepat secara politis untuk menggunakan istilah ‘Pergantian Rezim,’ tetapi jika Rezim Iran saat ini tidak mampu MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, mengapa tidak akan ada pergantian Rezim??? MIGA!!!” tulisnya pada hari Minggu (22/06) di akun pribadinya

Baca Juga :  Kota di Swiss Miliki Pilihan Medis Baru, Kunjungan Museum Gratis Bagi Warga yang Sakit dan Stres

Namun, Pentagon menegaskan bahwa operasi tersebut bukan ditujukan untuk menggulingkan pemerintahan Iran, melainkan sebagai “operasi presisi” yang hanya menyasar infrastruktur program nuklir Iran.

“Misi ini bukan dan tidak akan pernah bertujuan untuk pergantian rezim,” kata Menteri Pertahanan Pete Hegseth kepada wartawan di Pentagon.

Israel turut ambil bagian dalam operasi, setelah sebelumnya meluncurkan serangan awal pada 13 Juni. Jet tempur Israel diklaim menyerang sasaran militer di Iran bagian barat, sementara Iran merespons dengan menembakkan rudal ke Tel Aviv, menewaskan sedikitnya 24 orang dan menyebabkan kerusakan besar.

Situasi keamanan di berbagai kota besar di AS juga meningkat. Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan risiko serangan balasan, termasuk kemungkinan aksi kekerasan dan serangan siber. Warga AS di luar negeri telah mendapat imbauan untuk waspada dan membatasi perjalanan menyusul gangguan di wilayah udara Timur Tengah.

Pemerintah Iran juga mulai mempertimbangkan opsi strategis seperti penutupan Selat Hormuz, jalur penting yang dilalui hampir 25 persen ekspor minyak global. Jika direalisasikan, langkah ini dikhawatirkan dapat melumpuhkan pasar energi dunia dan memicu konflik langsung dengan Armada Kelima AS di Teluk.

Baca Juga :  Penyebab Meledaknya Tabung LPG di Warung Sego Resek Kota Malang Akhirnya Terungkap, Ini Kata Polisi

Dampak ekonomi langsung mulai terasa. Harga minyak mentah dunia melonjak tajam pada Minggu, dengan Brent naik menjadi USD 80,28 per barel.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat membahas serangan tersebut. Rusia, China, dan Pakistan menyerukan resolusi gencatan senjata segera tanpa syarat, sementara Sekjen PBB António Guterres memperingatkan bahwa situasi ini dapat memicu instabilitas kawasan yang lebih luas.

Di dalam Iran, lebih dari 400 warga dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel sejak konflik memanas. Sebagian besar korban adalah warga sipil. Sebagian besar penduduk Teheran mengungsi ke pedesaan, meninggalkan ibu kota dalam kondisi nyaris kosong.

Protes antiperang juga muncul di beberapa kota besar di AS, termasuk New York dan Washington. Aktivis menyerukan penghentian intervensi dan mendorong jalur diplomasi untuk menghindari perang yang lebih luas. (ama)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *