Sudutkota.id– Ketegangan diplomatik antara China dan Taiwan kembali meningkat setelah Beijing melontarkan klaim keras terkait status Taiwan. Dalam pernyataan terbarunya, pemerintah China menegaskan bahwa tidak mungkin melakukan penyerangan terhadap wilayah yang menurut mereka secara historis dan hukum sudah menjadi bagian dari China.
Pernyataan itu muncul di tengah serangkaian pidato Presiden Taiwan, Lai Ching-te yang dalam beberapa hari terakhir menekankan bahwa Taiwan adalah negara merdeka. Dalam pidatonya, Lai menyebut bahwa masa depan Taiwan hanya bisa ditentukan oleh rakyatnya melalui sistem demokrasi, bukan oleh keputusan presiden atau partai mana pun.
“Taiwan tentu saja adalah sebuah negara. Republik China telah ada selama 113 tahun, sementara Republik Rakyat China baru berdiri sekitar 70 tahun,” ujar Lai dalam pidato terbarunya, menegaskan bahwa Taiwan bukan bagian dari Republik Rakyat China.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, saat berbicara kepada para duta besar Eropa di Beijing, menuduh partai berkuasa Taiwan melakukan upaya sistematis menuju kemerdekaan penuh. Ia menyebut langkah itu sebagai sesuatu yang “sangat berbahaya”.
Wang juga mengutip Deklarasi Kairo 1943 dan Deklarasi Potsdam 1945 sebagai dasar sejarah bahwa Taiwan seharusnya dikembalikan kepada China setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua.
“Jadi masalahnya sangat jelas, Taiwan adalah bagian dari Tiongkok, dan pengembalian Taiwan ke Tiongkok merupakan salah satu hasil kemenangan Perang Dunia Kedua,” ujarnya pada Rabu (25/06) dikutip dari Reuters.
Namun, di Taiwan, narasi tersebut ditolak. Menteri Pertahanan, Wellington Koo menilai China tengah mencoba membelokkan sejarah.
“Perang melawan Jepang dipimpin dan dimenangkan oleh Republik China, bukan Republik Rakyat China, itu fakta yang tidak bisa dibantah,” katanya.
Kementerian Pertahanan Taiwan juga mencatat bahwa China terus meningkatkan tekanan militer, termasuk dengan latihan perang dan patroli udara-hariannya di sekitar pulau itu.
Dalam menanggapi kekhawatiran Amerika Serikat atas kemungkinan invasi, juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Zhu Fenglian, membantahnya secara tegas.
“Taiwan adalah bagian dari China, tidak ada invasi yang perlu dibahas,” katanya.
Sebagai informasi, Republik China, yang didirikan setelah revolusi 1911 yang menjatuhkan kaisar terakhir, melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah kalah dalam perang saudara melawan komunis Mao Zedong, dan itulah tetap menjadi nama resmi pulau itu.
Untuk menandai peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua, China telah mengundang para prajurit tua yang berjuang untuk Republik China ke sebuah parade militer di Beijing pada awal September, namun Taiwan mengatakan pihaknya tidak ingin hadir dalam acara tersebut. (kae)