Sudutkota.id – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bangkesbangpol) Kota Malang menggelar diskusi mengenai kewaspadaan dini dan penanganan konflik 2025. Hal ini sebagai upaya pencegahan radikalisme di Kota Malang
Menurut Ratih Sulistyo Handayani ST MSi selaku Kabid Wasnas dan Penflik Bakesbangpol Kota Malang. Bahwa acara ini sebagai ikhtiar untuk menindaklanjuti kegiatan yang dilaksanakan oleh BNPT Republik Indonesia pada beberapa waktu lalu. Dimana menyebutkan bahwa ternyata Malang merupakan termasuk wilayah rawan radikalisme dan terorisme.
“Maka kami menindaklanjuti dengan upaya penangkalan dan pencegahan radikalisme. Yakni dengan melibatkan para nara sumber dari jajaran samping yang berkompeten dan juga dari akademisi,” ungkap Ratih, (26/11).
Acara diskusi ini diselenggarakan di Hotel Grand Palace Kota Malang, yang dihadiri 100 peserta yang melibatkan tokoh masyarakat. Juga tokoh agama, serta tokoh kemuda, dan tokoh wanita. Termasuk pula perwakilan dari kampus-kampus.
Menurut Kabid Wasnas ini, kegiatan ini termasuk yang pertama, artinya kalau selama ini Bakesbangpol Kota Malang selalu mengundang jajaran samping saja. Namun kali ini melibatkan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) karena ternyata UMM memiliki tenaga ahli peneliti radikalisme dan deradikalisasi.
Diskusi kali ini mengacu pada kejadian belakangan, diantaranya kasus di SMA 72 Jakarta yang membutuhkan perhatian khusus. Acara ini juga sebagai bentuk bahwa pemerintah hadir di dunia pendidikan. Sehingga setelah ini Bakesbangpol Kota Malang akan lebih sering menggelar sosialisasi ke sekolah-sekolah terutama ke SMP dan SMA.
“Sebenarnya kita mulai sosialisasi ke PAUD, dengan pembelajaran lewat Telling Story,” ucap Ratih.
Ia menguraikan pula, ternyata berdasarkan penelitian banyak sekali yang mulai terpapar radikalisme dimulai kelas 2 SMP. Para narasumber yang hadir tampak dari Kepolisian Jawa Timur, dan yang kedua dari Densus. Kemudian dari Kodim dan dari Akademisi.




















