Sudutkota.id– Setelah resmi menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Jawa Barat (BJB), Mardigu Wowiek Prasantyo atau yang akrab disapa Bossman Mardigu mengungkapkan pandangannya terkait maraknya organisasi kemasyarakatan (ormas) preman di Jawa Barat. Menurutnya, kondisi tersebut muncul karena tingginya angka kemiskinan.
Dilasir dari podcast Guru Gembul Channel pada Minggu (08/06), Bossman menegaskan bahwa premanisme menjadi salah satu faktor yang mengganggu pembangunan iklim investasi yang tengah diupayakan pemerintah melalui kerja sama dengan investor luar negeri.
“Banyak investor yang akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Indonesia dan memilih negara lain yang dianggap lebih kondusif,” terangnya.
Bossman mengungkapkan pernah menantang Hercules yang disebut berencana menggeruduk Gedung Sate pada bulan Mei lalu. Pengusaha yang pernah berkecimpung di dunia “shadow” ini mengaku telah melakukan riset pada sebuah perusahaan yang produksinya menurun akibat perusahaan Jepang memindahkan produksinya ke Malaysia. Hal ini, menurut Bossman, dipicu oleh keluhan perusahaan Malaysia terkait menurunnya etos kerja karyawan di Indonesia.
“Saya baru pulang dari Tiongkok, China, Singapura, dan Amerika dalam dua bulan terakhir. Di sana, koran-koran mereka membahas betapa buruknya citra ormas di Indonesia. Demo buruh dianggap brutal, ormas yang anarkis, dan regulasi yang dianggap tidak stabil. Ini semua seakan dirancang untuk membentuk persepsi negatif terhadap Indonesia,” sambungnya.
Menurut Bossman, pemerintah Indonesia belum memiliki upaya counter yang memadai di media internasional. Ia menilai pemerintah cenderung fokus pada berbagai laporan internal sehingga tidak melakukan strategi komunikasi yang tepat.
“Kita seperti tidak memahami bagaimana bernegara. Jadi wajar jika perusahaan-perusahaan seperti Apple, Dell, HP pindah ke India, dan Caterpillar ke Meksiko. Mereka lebih taat pada uang, bukan pada politik,” ujarnya.
Tak hanya itu, dirinya juga selalu mengingatkan lewat chanel-chanel medsos yang banyak followernya seperti Channel Guru gembul, karena jaman sekarang berkembang prinsip ‘No viral No juctice’. Apalagi Jawa Barat memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.
“Jawa Barat itu kontribusinya 18 persen dari PDB Nasional,” sambungnya.
Ketika ditanya oleh Guru Gembul tentang langkah konkret yang akan diambilnya sebagai komisaris untuk mengatasi isu ormas dan persepsi negatif terhadap Indonesia, Bossman menekankan perlunya refleksi dan solusi mendasar.
“Jujur, kita harus melakukan otokritik pada diri sendiri. Premanisme seharusnya tidak ada jika tingkat kemiskinan bisa ditekan. Bahkan, saking miskinnya, satu juta rumah di Jawa Barat tidak memiliki jamban. Saya tidak menyalahkan ormas atau preman, mereka adalah korban dari sebuah sistem,” pungkasnya. (ama/hid)