Daerah

Bersih Desa Jadi Ricuh Gara-Gara Sound Horeg, Ini Respons Wali Kota Malang

26
×

Bersih Desa Jadi Ricuh Gara-Gara Sound Horeg, Ini Respons Wali Kota Malang

Share this article
Bersih Desa Jadi Ricuh Gara-Gara Sound Horeg, Ini Respons Wali Kota Malang
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat memberikan statemennya terkait sound horeg.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Tradisi bersih desa yang seharusnya menjadi momen sakral dan penuh rasa syukur justru diwarnai kericuhan di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Minggu (13/7/2025) sore.

Penyebabnya adalah penggunaan sound horeg perangkat audio berdaya tinggi yang dinilai terlalu bising hingga memicu keresahan warga.

Peristiwa ini bahkan sempat viral di media sosial, khususnya di grup Facebook Komunitas Peduli Malang Asli. Banyak warganet mengeluhkan suara musik yang terdengar hingga ke pemukiman dan berlangsung sampai larut malam. Tak sedikit pula yang mempertanyakan peran panitia dan pengawasan dari pemerintah kelurahan.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa acara tersebut murni diinisiasi oleh masyarakat setempat. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa aturan mengenai kebisingan tetap berlaku dan harus dipatuhi.

“Karena itu memang dilaksanakan oleh kelurahan, dan panitianya juga dari warga sendiri. Tapi kita sudah minta kepada masyarakat untuk tetap mengikuti aturan yang ada, terutama terkait larangan penggunaan sound system berlebihan,” tegas Wahyu kepada awak media, Senin (14/7/2025).

Baca Juga :  Partisipasi masyarakat Kota Batu Dinilai Bawaslu Meningkat di Pemilu 2024

Wahyu menekankan, Pemerintah Kota Malang tidak pernah melarang kegiatan budaya seperti bersih desa. Namun, pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kenyamanan lingkungan.

“Kalau kegiatan itu sampai mengganggu lingkungan, apalagi dengan tingkat kebisingan yang luar biasa, maka itu tidak dibenarkan. Saya juga dengar sendiri, suaranya memang terlalu keras. Nah, ini yang tidak boleh dibiarkan,” imbuhnya.

Ia pun menyarankan agar ke depan masyarakat lebih arif dalam memilih bentuk hiburan, terutama di kawasan padat penduduk.

“Gunakan sesuatu yang memang tidak sampai mengganggu masyarakat. Apalagi ini kan di tengah permukiman, jadi semua pihak harus saling menghormati,” tambahnya.

Insiden lebih jauh terjadi dalam rangkaian karnaval bersih desa di Kelurahan Mulyorejo. Keributan dipicu oleh peserta karnaval yang menggunakan sound horeg, hingga warga merasa terganggu karena volume yang sangat tinggi.

Belum diketahui secara pasti RT/RW mana yang mengusung sound horeg tersebut. Namun dari kesaksian warga, suara keras itu membuat bayi menangis dan orang sakit terganggu. Kesalahpahaman pun memuncak, hingga berujung dugaan aksi pemukulan terhadap warga oleh beberapa peserta.

Baca Juga :  DPRD Kota Malang Kawal Penggunaan Anggaran Porprov 2025 yang Capai Rp 51 Miliar

“Untuk kejadian pastinya kami kurang paham, karena sangat cepat dan spontan. Seperti di medsos itu, ada satu atau dua peserta yang melakukan pemukulan kepada warga,” ujar salah satu penonton karnaval.

Hingga kini, pihak kelurahan dan panitia acara belum memberikan penjelasan resmi. Namun Camat Sukun, Dian Kuntari, menyatakan bahwa insiden sudah berhasil diredam di lokasi.

“Kami bersama pihak terkait, panitia acara, masyarakat, dan kepolisian akan menyelesaikan masalah ini secara damai dan kekeluargaan,” ujar Dian.

Senada, Kapolsekta Sukun, Kompol Ryan Wahyuningtiyas, mengimbau agar semua pihak dapat menjaga situasi agar tetap kondusif.

“Harus ada sikap saling menghargai dan menjaga keamanan serta kenyamanan wilayah. Kami akan membahasnya setelah rangkaian acara bersih desa selesai,” tegasnya.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *