Pendidikan

Belajar Isu Sosial Lewat Aksi Nyata, Mahasiswa Unira Tanam Terumbu Karang

48
×

Belajar Isu Sosial Lewat Aksi Nyata, Mahasiswa Unira Tanam Terumbu Karang

Share this article
Dalam rangka Sosphoria Dies Natalis Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS Universitas Raden Rahmat (Unira) Malang, sebanyak 35 mahasiswa menggelar aksi sosial penanaman terumbu karang di kawasan pesisir.
Mahasiswa Himapro IPS Unira menanam terumbu karang sebagai bagian dari aksi sosial Dies Natalis, sekaligus belajar langsung mengenai isu sosial dan lingkungan di wilayah pesisir. (foto: sudutkota.id/ris)

Sudutkota.id –Dalam rangka Sosphoria Dies Natalis Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS Universitas Raden Rahmat (Unira) Malang, sebanyak 35 mahasiswa menggelar aksi sosial penanaman terumbu karang di kawasan pesisir. Kegiatan ini menjadi bentuk pembelajaran lapangan sekaligus kepedulian mahasiswa terhadap isu lingkungan. Senin(24/11/25).

“Kami ingin perayaan dies natalis memiliki dampak nyata, bukan hanya seremonial,” ujar Ketua Pelaksana Resa Ayu Nurchorin.

Resa menjelaskan bahwa mahasiswa Pendidikan IPS tidak hanya belajar materi di kelas, tetapi juga harus turun langsung memahami problem sosial di tengah masyarakat. Menurutnya, aksi rehabilitasi terumbu karang dipilih karena masih minimnya kesadaran lingkungan di era perubahan iklim saat ini.

“Mahasiswa pendidikan IPS harus menjadi garda terdepan pendidik di masa depan dengan mengenali isu sosial secara langsung,” tegasnya.

Ia menambahkan, kerusakan lingkungan merupakan isu sosial yang sangat berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi masyarakat. Melalui aksi tanam terumbu karang, peserta diharapkan mampu melihat dampak ekologis terhadap kesejahteraan sosial di sekitar pesisir.

“Kerusakan lingkungan bukan hanya soal alam, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup masyarakat,” kata Resa.

Melalui kolaborasi bersama Sahabat Alam Indonesia, mahasiswa tidak hanya belajar menanam terumbu karang, tetapi juga melakukan telaah kasus sosial yang terjadi di wilayah nelayan. Pembelajaran ini membuka perspektif baru mengenai keterkaitan antara ekologi dan keadilan sosial.

“Banyak kasus sosial muncul karena lemahnya keseimbangan lingkungan dan ekonomi rakyat,” jelasnya.

Program ini menggunakan metode problem-based learning untuk memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa. Dengan mengetahui permasalahan dari sumbernya, mahasiswa diharapkan lebih peka dan mampu memberikan solusi berbasis data dan penelitian.

“Belajar melalui studi kasus jauh lebih efektif daripada teori tanpa observasi lapangan,” ungkap Ahmad Fajrul Falah, Relawan Sahabat Alam Indonesia yang mendampingi

Fajrul juga menegaskan bahwa generasi pendidik masa depan harus memahami bahwa penguatan benteng sosial masyarakat dapat dimulai dari kegiatan konservasi berbasis kolaborasi. Ia menilai pendidikan sosial tidak boleh terpisah dari realitas yang terjadi di masyarakat.

“Konservasi lingkungan adalah bagian dari penguatan sosial karena saling mendukung dan menguatkan,” ucapnya

Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda berkelanjutan dan melibatkan lebih banyak pihak agar dampaknya semakin luas. Menurutnya, mahasiswa harus terus mengasah empati, kepedulian, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan global.

“Mereka adalah calon pendidik, peneliti, dan pemimpin masa depan, jadi harus siap menghadapi persoalan sosial secara langsung,” pungkas Fajrul.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *