InternasionalTeknologi

Bagaimana Rasanya Mati? Ilmuwan Ungkap Misteri Pengalaman Mendekati Kematian

8
×

Bagaimana Rasanya Mati? Ilmuwan Ungkap Misteri Pengalaman Mendekati Kematian

Share this article
Banyak orang yang pernah berada di ambang kematian menceritakan pengalaman yang menakjubkan, seperti tubuh terasa ringan, melihat cahaya terang, dan perasaan damai yang sulit diungkapkan.
Ilustrasi seseorang yang sedang mengalami NDE. (foto: BBC Science Fiction/Le.Blue)

Sudutkota.id– Banyak orang yang pernah berada di ambang kematian menceritakan pengalaman yang menakjubkan, seperti tubuh terasa ringan, melihat cahaya terang, dan perasaan damai yang sulit diungkapkan.

Fenomena ini dikenal sebagai pengalaman mendekati kematian atau disebut dengan istilah Near-Death Experiences (NDE). Sebagian orang meyakininya sebagai bukti kehidupan setelah mati, sementara ilmuwan terus menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di otak saat sekarat.

Penelitian NDE telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Dr. Peter Fenwick, ahli saraf yang awalnya skeptis, berubah pikiran setelah mendengar kesaksian orang-orang yang merasa melihat tubuh mereka sendiri dari atas dan mengalami ‘pemandangan’ yang mustahil dijelaskan secara fisik.

Hal serupa juga diungkap oleh psikolog Dr. Raymond Moody dalam bukunya Life After Life (1975), yang mempopulerkan NDE di dunia Barat.

Survei menunjukkan sekitar 15 persen pasien di ruang perawatan intensif pernah mengalami NDE. Kisah-kisah semacam ini tercatat di berbagai budaya, bahkan tergambar dalam seni abad ke-16 seperti lukisan Ascent of the Blessed karya Hieronymus Bosch.

Namun, apakah pengalaman ini benar-benar melibatkan ‘dunia lain”? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas otak yang intens bisa menjelaskan fenomena tersebut.

Pada 2024, tim Universitas Michigan mencatat lonjakan aktivitas otak pada dua pasien yang sekarat, setelah pencabutan alat bantu hidup. Lonjakan ini terdeteksi pada gelombang gamma yang berhubungan dengan kesadaran dan area otak penting seperti lobus temporal dan parietal.

Penelitian lain juga mengungkap pelepasan besar-besaran neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan glutamat pada otak yang kekurangan oksigen, misalnya pada tikus yang mati lemas. Lonjakan zat kimia ini, yang juga ditemukan dalam efek obat halusinogen yang diyakini menciptakan sensasi damai dan pengalaman intens mirip NDE.

Baca Juga :  Palestina Semakin Sengsara, Sekjen PBB Serukan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera di Gaza

Peneliti NDE Dr. Charlotte Martial dari Universitas Liège menilai temuan ini penting karena mungkin menjelaskan mengapa orang yang hampir mati memiliki pengalaman subjektif yang begitu nyata. Namun, ia dan rekan-rekannya tetap berhati-hati.

“Pasien yang diamati dalam studi tersebut meninggal, jadi kita tidak tahu apakah mereka benar-benar mengalami NDE,” terangnya seperti dikutip dari BBC Science Focus pada Senin (09/06).

Di sisi lain, sebagian ilmuwan dan penyintas NDE tetap meyakini pengalaman ini melampaui penjelasan biologis. Profesor Janice Holden dari Universitas Texas Utara, misalnya, menilai lonjakan zat kimia saja tidak cukup menjelaskan persepsi terverifikasi, seperti pasien yang mengklaim menyaksikan amputasi kaki di ruangan lain. Holden dan peneliti lain juga mengamati dampak psikologis yang mendalam setelah NDE.

“Pasien kerap kehilangan rasa takut mati, menjadi lebih peduli pada sesama, dan mengalami perubahan besar dalam cara memandang hidup,” ujarnya.

Sayangnya, pengalaman semacam ini sering diabaikan di dunia medis. Studi menunjukkan banyak pasien merasa cerita mereka diragukan, atau bahkan memicu rujukan ke psikiater. Padahal, NDE bisa membawa tekanan emosional, termasuk pengalaman mengerikan atau rasa ketiadaan.

Untuk lebih memahami dampak NDE, tim Universitas Barcelona menggunakan realitas virtual. Peserta yang menjalani ‘kematian virtual’ dan pengalaman keluar tubuh menunjukkan sikap lebih peduli pada isu global serta berkurangnya rasa takut mati, temuan yang konsisten dengan klaim bahwa NDE adalah pengalaman transformatif yang mendalam.

Baca Juga :  Polisi Lakukan Penyelidikan usai Nenek Dijambret di Giripurno Batu

Bagi para penyintas, pengalaman ini meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Seperti Leanda Pringle dari Connecticut mengalami NDE sekitar 15 tahun yang lalu, yang disebabkan oleh infeksi ginjal ganda. Ia merasa melayang di atas tubuhnya dan merasakan sensasi berada di mana-mana dan tidak di mana pun pada saat yang bersamaan.

“Saya tidak tahu berapa lama saya mengambang di jurang itu sebelum saya mulai merasakan kehadiran seseorang,” kenangnya saat itu.

“Saat kehadiran itu semakin dekat, saya mulai merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Itu melebihi apa pun yang pernah saya rasakan sebelumnya dalam hidup saya. Sangat sulit untuk mengungkapkan perasaan itu dengan kata-kata. Rasanya seolah-olah saya terjalin dengannya, tetapi pada saat yang sama rasanya seolah-olah kehadiran itu memeluk saya,” sambungnya.

Sementara itu,.Tommy McDowell, seorang penyintas pensiunan veteran tentara dari Texas, menghabiskan tujuh hari menggunakan ventilator setelah mengalami kegagalan beberapa organ yang disebabkan oleh sepsis. Selama waktu itu, ia mengalami NDE yang melibatkan perasaan kebaikan yang kuat.

“Itu adalah kehadiran yang mengubah hidup, berupa kedamaian, kenyamanan, ketenangan, cinta, dan rumah. Saya tidak lagi bingung. Saya tidak lagi sendirian,” bebernya.

Ia juga melihat awan cahaya yang mengkristal yang mengundangnya ke sana. Saat ia masuk ia bisa merasakan trauma yang tertanam, penyesalan, dan kehilangan yang tersapu dari punggung dan bahu saya.

“Saya merenungkannya, saat itu saya merasakan kehadiran Tuhan. Itu luar biasa dan terjadi dengan cara yang tidak dapat saya gambarkan dengan kata-kata,” pungkasnya. (kae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *