Religi

Apa Itu Ekoteologi Menurut Islam? Begini Kata Menag di Acara Peringatan Maulid Nabi

171
×

Apa Itu Ekoteologi Menurut Islam? Begini Kata Menag di Acara Peringatan Maulid Nabi

Share this article
Konsep ekoteologi Islam mulai diperkenalkan sebagai cara baru memahami ajaran agama di tengah tantangan krisis lingkungan dunia. Menteri Agama, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tentang bagaimana manusia menjaga alam dan kelestarian bumi.
Menteri agama, Nasaruddin Umar di peringatan Maulud Nabi. (foto: Dok. Kemenag)

Sudutkota.id– Konsep ekoteologi Islam mulai diperkenalkan sebagai cara baru memahami ajaran agama di tengah tantangan krisis lingkungan dunia. Menteri Agama, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tentang bagaimana manusia menjaga alam dan kelestarian bumi.

Hal ini ia sampaikan dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, yang dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, para menteri, tokoh agama, dan ribuan jamaah.

Dikutip dari laman resmi Kemenag pada Jumat (5/9), menurut Nasaruddin, ekoteologi berarti keberagamaan yang selaras dengan alam. Ia menekankan bahwa bumi yang rusak karena ulah manusia harus diselamatkan dengan kembali pada nilai kasih sayang dalam agama.

“Al-Qur’an dan ajaran Rasulullah SAW banyak menonjolkan sifat-sifat Tuhan yang penuh kasih. Mengayomi, mengasihi, menyayangi, dan merawat adalah esensi yang harus kita terapkan, termasuk dalam memperlakukan alam semesta,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa inti dari semua agama adalah cinta. Cinta itu tidak hanya untuk sesama manusia, tapi juga untuk hewan, tumbuhan, dan seluruh alam. Manusia, menurutnya, diberi amanah sebagai khalifah di bumi yang tugasnya menjaga, bukan merusak. Pesan Rasulullah SAW yang melarang merusak tempat ibadah, mengganggu perempuan, dan merusak alam disebut Menag sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Lebih jauh, Menag menegaskan bahwa ekoteologi Islam bisa menjadi jawaban atas berbagai masalah lingkungan seperti krisis iklim, pemanasan global, polusi, hingga berkurangnya keanekaragaman hayati. Ia menekankan bahwa ekoteologi bukan sekadar istilah baru, tetapi tuntunan hidup yang bersumber dari teladan Nabi Muhammad SAW.

Menag juga mengutip buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History karya Michael H. Hart. Dalam buku itu, Nabi Muhammad SAW ditempatkan di urutan pertama sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah.

“Ini bukan klaim dari kita umat Islam, tapi pengakuan dari seorang sejarawan Barat non-Muslim. Hart menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad adalah pemimpin terbaik yang pernah ada karena pengaruhnya meluas ke berbagai aspek kehidupan,” bebernya.

Menutup tausiah, Nasaruddin mengajak masyarakat untuk menjadikan cinta kasih sebagai dasar kehidupan berbangsa.

“Jangan biarkan perbedaan menjadi tembok pemisah. Yang penting adalah mencari persamaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” pesannya.

Acara Maulid dengan tema “Ekoteologi: Keteladanan Nabi Muhammad SAW untuk Kelestarian Bumi dan Negeri” ditutup dengan doa yang dipimpin Imam Besar Masjid Istiqlal, Husni Ismail. Doa tersebut dipanjatkan untuk kedamaian manusia sekaligus kelestarian alam. (ama)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *