Sudutkota.id– Menjelang puncak musim penghujan di Jombang Jawa Timur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang mulai melakukan berbagai langkah antisipasi terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Ancaman seperti banjir, tanah longsor, serta angin puting beliung menjadi perhatian utama, seiring meningkatnya intensitas hujan di wilayah Jawa Timur.
Kepala Pelaksana BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, memastikan seluruh sumber daya telah disiagakan.
“Kabupaten Jombang memiliki potensi luapan sungai, longsor dan angin puting beliung. Namun jika terjadi, kami sudah siap dengan seluruh potensi yang ada: SDM, peralatan, serta dukungan penuh dari pimpinan daerah,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).
Sebagai tindak lanjut instruksi Bupati Jombang, BPBD telah mengirim surat edaran kepada seluruh OPD dan pemerintah kecamatan. Setiap wilayah diminta menyiapkan posko siaga untuk mempercepat koordinasi penanganan darurat.
“Jika terjadi bencana, posko kecamatan dapat segera berkoordinasi dengan BPBD untuk penyaluran bantuan dan evakuasi,” tambah Wiku.
Beberapa kecamatan disebut memiliki potensi terdampak paling tinggi jika curah hujan ekstrem terjadi, seperti Bandarkedungmulyo, Mojoagung, hingga kawasan utara, selatan Jombang.
Tantangan lain muncul pada pengelolaan sungai yang menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
“Keterbatasan anggaran pemeliharaan dari BBWS berpengaruh. Saat banjir, masyarakat langsung menuntut BPBD, padahal pengelolaan sungai ada di instansi lain. Kami memiliki batasan untuk intervensi lintas kewenangan ini,” jelasnya.
Untuk memperkuat siaga bencana Jombang, BPBD menyiapkan lima langkah utama.
“Pemantauan cuaca dan debit sungai selama 24 jam, pemangkasan pohon rawan tumbang, normalisasi saluran air di titik-titik padat permukiman, pengerahan 300 relawan terlatih, dan edukasi kebencanaan melalui kampanye, Jombang Siap Siaga Banjir,” katanya.
Selain itu, BPBD juga memperkuat koordinasi dengan Dinas PU dan BBWS untuk memastikan percepatan respons saat terjadi bencana.
Untuk wilayah rawan longsor seperti Wonosalam, BPBD telah melakukan relokasi warga dari zona bahaya. Selain itu, alat Early Warning System (EWS) juga dipasang guna mendeteksi pergerakan tanah secara real time.
“Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan untuk mengimbau warga menjauhi akses yang berpotensi longsor saat hujan deras. Kemitraan dengan masyarakat adalah kunci pengurangan risiko bencana,” pungkas Wiku.




















