Sudutkota.id – Dua bakal calon (Bacalon) Wali Kota Malang yakni Wahyu Hidayat dan Haji Mochammad Anton atau akrab disapa Abah Anton, sama sama mengklaim mendapat dukungan dari masyarakat untuk maju menjadi calon Wali Kota Malang dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Lantas siapa di antara keduanya yang paling kuat dalam kontestasi Pemilukada Kota Malang mendatang?
Wahyu Hidayat
Wahyu Hidayat merupakan Pj Wali Kota Malang saat ini. Per 25 September 2023 lalu, ia diangkat menjadi Pj Wali Kota Malang menggantikan Wali Kota Sutiaji yang telah purna masa jabatannya pada 24 September 2023.
Menurut pengamat politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, bahwa Wahyu Hidayat, pada awalnya menyatakan tidak memiliki orientasi untuk berkontestasi pada Pilkada 2024. Niatan itu tidak muncul hingga akhirnya ia mengaku mendengar aspirasi masyarakat agar dirinya menjadi wali kota definitif.
“Awalnya tidak ada, tapi banyak kalangan masyarakat yang menginginkan saya,” ujar Sobari menirukan ucapan Wahyu, Kamis (18/7/2024).
Dorongan masyarakat itu akhirnya membuat Wahyu memutuskan mengajukan surat pengunduran diri ke Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian pada 17 Juli 2024. Kini, Wahyu tengah menunggu keputusan yang diambil oleh Tito, apakah menyetujui pengajuan tersebut atau tidak.
Sobari mengungkapkan, posisi Wahyu sebagai Pj Wali Kota Malang menguntungkan dirinya. Pasalnya, dengan jabatan sekarang, ia bisa berinteraksi dengan masyarakat luas secara langsung. Hal ini dapat mendorong popularitasnya.
“Menurut saya itu keuntungan politiknya beliau. Selama setahun ini diuntungkan. Beliau banyak turun ke masyarakat meresmikan sejumlah program ini dan itu. Bisa mengklaim selama setahun bisa menghasilkan ini dan itu. Padahal itu tergantung dari legasi wali kota sebelumnya yang digantikan,” ujarnya.
Sobari juga mengungkapkan, tidak bisa dipungkiri kalau popularitas Wahyu terkerek di tengah publik karena ia kerap bertemu masyarakat. Menurutnya, kegiatan Wahyu bertemu masyarakat tersebut bisa menjadi kegiatan kampanye secara tidak langsung.
“Dalam tanda petik, ya melakukan kampanye secara tidak langsung. Kalau dikatakan tersembunyi, nyatanya dia terang-terangan datang ke masyarakat, tapi mengatakan sebagai program masyarakat. Sebenarnya, bahwa dia diuntungkan secara popularitas, itulah kelebihannya,” katanya.
Mochamad Anton atau Abah Anton
Klaim yang sama, juga disampaikan bakal calon wali kota Mochamad Anton. Abah Anton, sapaan akrabnya juga mengaku didorong oleh masyarakat untuk maju kembali menjadi wali kota.
Anton merupakan mantan Wali Kota tahun 2013 – 2018. Awalnya ia menyatakan tidak berniat maju dalam kontestasi Pilkada 2024. Kemudian ia mengaku banyak didatangi kelompok masyarakat yang berharap dirinya maju kembali.
“Awalnya saya tidak ingin maju, keluarga juga tidak bulat mendukung, tapi kelompok masyarakat banyak mendukung. Mungkin mereka ingin keberlanjutan program yang pernah saya canangkan dulu,” kata Sobari juga menirukan ucapan Anton.
Belakangan, Anton mulai sering turun ke masyarakat. Ia bertemu dan menyapa masyarakat. Kegiatannya sering mendatangkan masyarakat banyak seperti pengajian hingga mengunjungi tempat-tempat usaha yang di gerakan masyarakat kecil.
Wawan menilai, mantan Wali Kota yang pernah terjerat kasus korupsi itu memiliki pengikut yang setia. Pengikut yang ia maksud ini seperti jamaah pengajian yang diselenggarakan oleh Anton.
“Istilahnya bukan pemilih, tapi pengikut. Jamaahnya Abah Anton. Mereka memiliki loyalitas,” ujarnya.
Jamaah yang loyal ini cukup banyak. Pada Pilkada 2018 lalu, meski Abah Anton telah berstatus tersangka, Abah Anton tetap mendapatkan suara 37 persen.
“Menurut saya ini menarik, sebenarnya di tengah banyaknya orang mendorong popularitas, ternyata warga Kota Malang agak anomali karena tertarik kepada kandidat yang pernah menjadi wali kota dan terpidana.
“Ini yang menurut saya anomali. Tetapi bagi saya anomali itu terjawab, berdasarkan penelitian di FISIP UB, pemilih mengidentifikasi sebagai jamaahnya Abah Anton,” terang Wawan.
Hubungan Abah Anton di masyarakat begitu kuat menurut Wawan. Abah Anton dianggap memiliki kapasitas oleh jamaahnya. Para jamaah semakin loyal karena sering mendapatkan materi setelah mengikuti pengajian bersama Abah Anton.
Di sisi lain, Wawan menyatakan mengapa popularitas dan elektabilitas Anton masih tinggi, karena ia menilai kepemimpinan Sutiaji selama lima tahun ke belakang tidak cukup kuat mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, Abah Anton masih cukup populer.
“Yang menjadi persoalan tentang moral. Secara nilai etis dan moral itu menjadi pertimbangan,” tandasnya. (Mt)