Penduduk di Rafah Gaza Mulai Dievakuasi Sebelum Ancaman Serangan Israel Terjadi

0
Orang-orang meninggalkan bagian timur Rafah setelah militer Israel mulai mengevakuasi warga sipil Palestina menjelang ancaman serangan. (foto: Reuters/Hatem Khaled)
Advertisement

Sudutkota.id- Israel meminta warga sipil untuk mengevakuasi sebagian Rafah pada hari Senin (06/5) dalam rangka persiapan untuk serangan yang telah lama mengancam pertahanan Hamas di kota selatan Jalur Gaza di mana lebih dari satu juta orang berperang dan pengungsi Palestina telah berlindung.

Instruksi tersebut disampaikan melalui pesan teks berbahasa Arab, panggilan telepon, dan selebaran untuk penduduk Rafah pindah ke lokasi yang disebut militer Israel sebagai zona kemanusiaan yang diperluas, yang berjarak 20 km dari Rafah.

Seperti dilaporkan oleh Reuters, terlihat beberapa keluarga Palestina berjalan tertatih-tatih di bawah hujan musim semi yang dingin.

Stasiun penyiaran Israel, Radio Angkatan Darat, mengatakan evakuasi difokuskan di beberapa distrik pinggiran Rafah, di mana para pengungsi akan diarahkan ke kota-kota tenda di dekat Khan Younis dan Al Muwassi.

Banyak warga di Rafah mengatakan mereka menerima panggilan telepon untuk mengevakuasi rumah mereka di daerah sasaran, sejalan dengan pengumuman militer.

Militer Israel mengatakan pihaknya mulai mendorong penduduk Rafah untuk mengungsi dalam operasi yang bernama ruang lingkup terbatas. Pernyataan tersebut tidak memberikan alasan spesifik, juga tidak menyebutkan apakah akan ada tindakan ofensif yang akan terjadi.

Tujuh bulan setelah perang melawan Hamas, Israel mengancam akan melancarkan serangan di Rafah, yang menurut Israel menampung ribuan pejuang Hamas dan kemungkinan puluhan sandera.

“Kemenangan tidak mungkin terjadi tanpa merebut Rafah,” ucap salah satu sumber dari Israel.

Prospek terjadinya operasi yang memakan banyak korban jiwa ini mengkhawatirkan negara-negara Barat dan negara tetangganya, Mesir, yang sedang berusaha memediasi putaran baru perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang memungkinkan kelompok Islam Palestina membebaskan sejumlah sandera.

Rencana penyerangan Rafah pun telah membuka keretakan publik antara Israel dan Washington. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa pihaknya berupaya untuk melakukan pembebasan sandera dan mengindikasikan bahwa pada tahap ini, Hamas menolak kerangka kerja yang ada.

“Gallant menekankan bahwa tindakan militer diperlukan, termasuk di wilayah Rafah, karena tidak adanya alternatif lain,” kata juru bicara Kementerian Israel dalam sebuah pernyataan.

Militer Israel pun meminta warga Palestina di bagian timur Rafah untuk pindah ke wilayah pengungsian zona kemanusiaan terdekat, dengan mengatakan bahwa hal itu akan mendorong pergerakan bertahap warga sipil di wilayah yang ditentukan. (Ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here