Sudutkota.id- Selain bernilai ibadah, puasa pada bulan Ramadan di klaim bisa untuk proses detoksifikasi, yaitu proses tubuh untuk memperoleh gizi yang tepat dan memberikan tubuh kesempatan untuk melakukan pembuangan zat-zat beracun.
Hal tersebut bisa mencegah seseorang mengalami toksemia, atau keracunan dalam darah. Toksemia sendiri merupakan kondisi yang terjadi ketika toksin atau racun menumpuk di dalam tubuh.
Dikutip dari halodoc, penjelasan singkat perjalanan makanan ke dalam tubuh, sebagai berikut: sel tubuh memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperolehnya dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh.
Racun bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Racun endogenus adalah racun yang berasal dari sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam tubuh. Sementara racun eksogenus adalah polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba.
Kemudian dengan puasa yang dilakukan di bulan Ramadan bisa dibilang merupakan cara mudah dan aman berdetoks. Saat berpuasa, secara alami usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung juga akan beristirahat.
Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sementara lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan tidak sehat.
Sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani racun ini. Berkeringat, buang air kecil, dan buang air besar merupakan detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak serta merta menuntaskan masalah, kerap ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu.
Bagi yang ingin memanfaatkan momen puasa sebagai detoksifikasi yang maksimal, bisa memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar, sebagai menu sahur dan berbuka. Buah dan sayur adalah jenis makanan yang memiliki kandungan air dan serat yang tinggi, sehingga dapat membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Selain itu, buah dan sayur juga mengandung banyak vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ tubuh.
Usahakan juga untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, oatmeal, roti gandum, ubi, jagung, atau singkong. Karbohidrat kompleks itu lebih lambat dipecah menjadi gula darah, sehingga dapat membantu menjaga metabolisme energi dalam tubuh.
Sementara saat berbuka, sebaiknya diawali dengan makanan yang ringan dan hindari makan yang berat terlebih dahulu, karena tidak sehat. Jus buah tanpa gula dapat menjadi pilihan yang tepat, karena dapat membantu gula darah naik, tanpa merangsang hormon insulin. Dengan pilihan makanan yang tepat saat sahur dan buka, sel-sel tubuh tak akan kekurangan energi selama 14 jam puasa. Metabolisme tubuh pun tak akan terganggu. (Ka)