Daerah

Cuaca Ekstrem di Jombang Bikin Panen Kedelai Anjlok, Harga Turun hingga Rp6.000 per Kg

14
×

Cuaca Ekstrem di Jombang Bikin Panen Kedelai Anjlok, Harga Turun hingga Rp6.000 per Kg

Share this article
Cuaca Ekstrem di Jombang Bikin Panen Kedelai Anjlok, Harga Turun hingga Rp6.000 per Kg
Petani kedelai di Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.(foto:sudutkota.id/lok)

Sudutkota.id – Cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dalam beberapa pekan terakhir berdampak besar terhadap sektor pertanian.

Fenomena kemarau basah atau hujan deras di tengah musim kemarau membuat panen kedelai petani Jombang anjlok dan harga jual turun drastis.

Kondisi ini dirasakan para petani di sejumlah wilayah, terutama di Kecamatan Kesamben. Tanaman kedelai gagal tumbuh optimal akibat curah hujan tinggi dan panas terik yang datang silih berganti.

Miskun, petani asal Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, mengaku kecewa dengan hasil panen tahun ini. Selain jumlah panen berkurang, kualitas biji kedelai pun jauh menurun dibanding tahun sebelumnya.

“Menjelang panen harga kedelai turun di kisaran Rp6.000 per kilogram. Padahal biasanya bisa sampai Rp14 Ribu. Panen kali ini ya cuma cukup buat biaya. Daripada sawah tidak ditanami, ya tetap tanam kedelai walau hasilnya pas-pasan,” keluhnya, Kamis (13/11/2025).

Miskun menambahkan, biaya produksi juga meningkat akibat mahalnya harga bibit dan tenaga kerja.

“Biaya tanam mulai bibit sampai tenaga kerja sekitar Rp1,5 Juta. Panen juga butuh biaya besar. Soal untung belum tahu, karena baru dipanen dan hasilnya belum dihitung,” ujarnya.

Menurut para petani, cuaca tidak menentu menjadi penyebab utama penurunan hasil panen. Suhu panas ekstrem yang disusul hujan deras membuat bunga kedelai rontok dan polong tidak terisi penuh.

“Kedelai ini tanaman yang manja. Kalau kebanyakan air, akarnya busuk. Kalau terlalu panas, bunganya rontok. Sekarang cuacanya sulit diprediksi, kami cuma bisa pasrah,” ungkap Miskun.

Sementara itu, koordinator Wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kesamben, Anasrul Hakim, membenarkan bahwa fenomena kemarau basah berdampak langsung terhadap produktivitas kedelai di wilayahnya.

“Di Kecamatan Kesamben ada pola tanam padi–padi–bero atau padi–padi–kedelai. Dari total 4.125 hektare, sekitar 1.300 hektare merupakan lahan bero yang biasanya dimanfaatkan untuk menanam kedelai,” jelasnya.

Namun, program Optimalisasi Lahan (OPLAH) tahun ini menghadapi kendala karena kondisi tanah terlalu lembap akibat curah hujan tinggi.

“Musim ini kemarau basah, jadi meskipun ada program OPLAH, kandungan air terlalu tinggi. Itu membuat isi polong kedelai tidak maksimal. Harapannya nanti harga bisa menolong,” ujarnya.

Ia menegaskan di Desa Podoroto, Kecamatan Kesamben, hasil panen turun signifikan.

“Produktivitasnya menurun. Dari lahan sekitar 1.400 meter persegi hanya menghasilkan sekitar 4 kuintal. Tahun kemarin hasilnya lebih bagus,” kata Anasrul.

Petani berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap dampak cuaca ekstrem dan perubahan iklim yang memengaruhi sektor pertanian.

Selain dukungan bibit unggul, mereka juga berharap adanya subsidi harga kedelai agar kerugian tidak semakin besar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *