Featured

Batu Sakral Selo Manik Agung Tri Sangga Kembali Muncul: Masyarakat Adat Singhasari Yakini Sebagai Tanda Restu Leluhur

34
×

Batu Sakral Selo Manik Agung Tri Sangga Kembali Muncul: Masyarakat Adat Singhasari Yakini Sebagai Tanda Restu Leluhur

Share this article
Batu Sakral Selo Manik Agung Tri Sangga Kembali Muncul: Masyarakat Adat Singhasari Yakini Sebagai Tanda Restu Leluhur
Anggota Masyarakat Adat Singhasari tengah melakukan penyucian Batu Selo Manik Ageng Tri Sangga yang sempat raib seraca misterius.(foto:sudutkota.id/hid)

Sudutkota.id – Sebuah peristiwa unik menggugah perhatian warga Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Batu sakral bernama Selo Manik Agung Tri Sangga, yang sebelumnya dilaporkan menghilang secara misterius di rumah Mbah Darto. kembali muncul dalam sebuah ritual adat penyucian yang digelar di rumah Ketua Masyarakat Adat Singhasari (MAS), KRT Yusuf Tanoko, pada Sabtu malam (1/11/2025).

Ritual tersebut dipimpin langsung oleh dua sesepuh adat, Mbah Darto dan Mbah Keling, di kediaman KRT Yusuf Tanoko. Prosesi dijalankan dengan penuh khidmat menggunakan perlengkapan tradisional seperti dupa, bunga, air suci, tumpeng emas, dan ayam ingkung sebagai simbol keharmonisan antara manusia dan alam.

Menurut Mbah Darto, peristiwa hilangnya batu itu bukan sekadar kejadian biasa, melainkan sebuah pesan spiritual bagi komunitas adat agar lebih sungguh-sungguh menjaga warisan leluhur.

“Hilangnya batu ini saya maknai sebagai pangeling (peringatan) bagi kita semua untuk lebih tekun dalam nguri-uri budoyo, melestarikan adat dan budaya yang menjadi jati diri kita,” ujarnya sebelum ritual dimulai.

Kembalinya Batu Sakral secara Ajaib

Momen mengejutkan terjadi ketika batu yang sempat “murca” (hilang tanpa jejak) itu tiba-tiba muncul kembali di wadah yang diletakkan di tengah-tengah peserta ritual. Spontan suasana berubah haru. Para peserta segera melakukan penyucian bersama dan memanjatkan doa sebagai wujud rasa syukur.

Mbah Keling menjelaskan bahwa kemunculan kembali batu Selo Manik Agung Tri Sangga diyakini sebagai pertanda restu leluhur terhadap perjuangan masyarakat adat.

“Ini bukan sekadar batu, melainkan simbol pengikat antara leluhur dan keturunan masa kini,” tutur beliau.

Makna Spiritual dan Harapan untuk Masa Depan

Ketua Masyarakat Adat Singhasari, KRT Yusuf Tanoko, mengungkapkan bahwa batu tersebut memiliki sejarah panjang. Selo Manik Agung Tri Sangga ditemukan pertama kali dalam ritual di lautan pasir Gunung Bromo dan dipercaya sebagai titipan dari Eyang Bromo untuk menjadi “tindih” atau pondasi spiritual bagi rumah besar Masyarakat Adat Singhasari.

“Puji Gusti, batu yang sempat hilang saat ritual Memetri Bumi Singhasari tiga bulan lalu kini kembali hadir. Ini menjadi tanda bahwa perjuangan kita menjaga adat dan budaya Nusantara masih direstui para leluhur,” ungkap KRT Yusuf Tanoko kepada SudutKota.id usai prosesi berlangsung.

Usai doa bersama, acara ditutup dengan santap tumpeng emas dan ayam ingkung sebagai simbol rasa syukur serta keseimbangan hidup.

Simbol Keteguhan Masyarakat Adat

Kembalinya batu Selo Manik Agung Tri Sangga bukan hanya dianggap sebagai peristiwa spiritual, tetapi juga momentum untuk memperkuat semangat pelestarian budaya lokal di tengah arus modernisasi.

Masyarakat Adat Singhasari berharap keajaiban ini menjadi pengingat bahwa nilai-nilai luhur warisan Nusantara harus tetap dijaga dan diwariskan lintas generasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *