Sudutkota.id – Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, melalui Plt Kepala Bakesbangpol Kota Malang, Drs. Alie Mulyanto, MM menegaskan pentingnya menjalankan demokrasi dengan penuh tanggung jawab serta berlandaskan semangat persatuan bangsa.
Pesan itu ia sampaikan saat membacakan sambutan Wali Kota dalam Forum Koordinasi Peran Ormas Dalam Pemberdayaan Ekonomi dan Literasi Keuangan Bagi Pekerja Migran Indonesia, di Kota Malang, Kamis (2/10/2025).
Dalam sambutannya, Alie Mulyanto menyampaikan bahwa penyampaian pendapat, kebebasan berserikat, dan berkumpul adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh konstitusi.
“Dasar konstitusinya jelas, yakni Pasal 28D ayat 3 UUD 1945. Artinya, rakyat berhak menyampaikan aspirasi. Namun, hak ini harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, tertib, dan tetap menjaga stabilitas nasional,” tegasnya.
Alie menjelaskan, kebebasan berdemokrasi tidak boleh dipahami semata-mata sebagai kebebasan tanpa batas. Demokrasi harus berjalan seiring dengan penghormatan pada hukum, aturan, dan nilai-nilai kebangsaan.
“Kalau demokrasi dijalankan tanpa kesadaran, justru bisa menjadi bencana sosial. Maka tugas kita bersama adalah menjaga agar demokrasi tetap sehat dan membawa manfaat bagi rakyat,” katanya.
Ia mengingatkan, dalam beberapa waktu terakhir, dinamika politik nasional sempat memanas, termasuk demonstrasi yang muncul di beberapa daerah. Namun, Kota Malang tetap aman dan kondusif.
“Ini patut kita syukuri. Karena masyarakat kita dewasa dalam menyampaikan aspirasi,” tambahnya.
Alie Mulyanto juga menyinggung pentingnya mempelajari sejarah bangsa untuk memperkuat rasa persatuan. Ia mencontohkan bagaimana kerajaan-kerajaan Nusantara, termasuk Majapahit, sejak dulu sudah memiliki lembaga khusus yang mengatur kerukunan antarumat beragama.
“Sejarah kita kaya dengan teladan toleransi. Majapahit pernah membentuk lembaga untuk mengurusi agama Hindu dan Buddha. Artinya, sejak dulu kita sudah mengenal kerukunan. Pada awal kemerdekaan pun para pendiri bangsa sepakat menggunakan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengikat kita sampai hari ini,” jelasnya.
Alie menambahkan, perjalanan bangsa yang hampir 80 tahun merdeka harus disyukuri.
“Kalau kita bandingkan, Indonesia masih sangat muda dibanding negara lain. Tapi kita mampu menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan keberagaman luar biasa. Dari Aceh sampai Papua, ribuan bahasa dan budaya hidup berdampingan dalam satu negara. Itu bukan hal kecil,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung peran media sosial. Menurutnya, media sosial adalah ruang demokrasi baru yang bisa memperkuat persatuan, tetapi juga bisa memecah belah jika tidak digunakan dengan bijak.
“Kita harus bijak bermedia sosial. Jangan mudah terprovokasi oleh berita bohong. Jangan menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya. Ormas dan masyarakat harus ikut mengedukasi, agar media sosial digunakan untuk hal produktif, bukan untuk menyebar kebencian,” pesan Alie.
Ia menegaskan, pemerintah dan aparat tidak bisa bekerja sendiri dalam menghadapi arus informasi yang deras. Peran masyarakat sipil sangat menentukan.
“Kalau ada isu negatif, harus segera diluruskan. Aparat bisa bertindak, tapi kesadaran masyarakat lebih penting. Jangan sampai media sosial menjadi panggung provokasi yang merusak kebersamaan kita,” tambahnya.
Alie juga menyinggung tentang bonus demografi yang akan dialami Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Menurutnya, hal itu bisa menjadi kekuatan besar jika dikelola dengan baik.
“Bonus demografi ini adalah peluang emas. Kalau kita kelola dengan baik, akan menjadi potensi besar untuk menjadikan Indonesia bangsa yang maju dan matang. Tapi kalau kita gagal mengelolanya, justru bisa menjadi beban,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa, mulai dari tokoh agama, ormas, mahasiswa, hingga aparat pemerintah untuk terus merawat persatuan.
“Tugas kita adalah memastikan generasi muda tidak tercerabut dari akar kebangsaan. Pendidikan Pancasila, wawasan kebangsaan, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika harus terus kita tanamkan sejak dini,” tandasnya.
Mengakhiri sambutannya, Alie Mulyanto mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam dan keberagaman budaya yang luar biasa. Hal itu harus dijaga sebagai kekuatan, bukan kelemahan.
“Kalau kita bayangkan, dari Aceh ke Papua butuh delapan jam perjalanan udara. Itu menunjukkan betapa luas dan beragamnya negeri ini. Tapi justru keberagaman inilah yang menjadi kekuatan kita. Kita harus mensyukuri dan menjaganya bersama,” pungkasnya.
Pemerintah Kota Malang berharap forum ini menjadi ruang strategis untuk berdiskusi, menyerap aspirasi, dan memperkuat komitmen menjaga demokrasi, kerukunan, serta persatuan bangsa.




















