Sudutkota.id – Warga RW 16 Kelurahan Bunulrejo bersama warga RW 07 Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, mengikuti pelatihan perawatan jenazah di Masjid Jamiatul Huda, Minggu (14/9/2025) pagi.
Kegiatan yang diikuti sekitar 60 peserta ini melibatkan perangkat RT, jamaah tahlil, kelompok pengajian, serta perwakilan masyarakat dari dua wilayah tersebut.
Pelatihan digagas takmir masjid bersama tokoh masyarakat sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan kemandirian warga dalam menghadapi musibah kematian.
Untuk memperdalam materi, panitia menghadirkan narasumber dari Kabupaten Malang, yakni Bambang Suseno, mudin asal Kelurahan Lawang.
Dalam pemaparannya, Bambang menyampaikan penjelasan lengkap mengenai tata cara pemulasaran jenazah, mulai dari pemindahan jenazah dari kamar ke ruang tamu, proses pemandian, hingga mengkafani dan mempersiapkan untuk disalatkan serta dimakamkan.
Antusiasme warga terlihat tinggi. Banyak peserta, khususnya dari kalangan orang tua, merasa perlu memahami tata cara perawatan jenazah secara benar. Bahkan dalam sesi penyampaian materi, peserta aktif bertanya untuk memperdalam pemahaman.
Ketua Takmir Masjid Jamiatul Huda, Yeni Prasetyo, menuturkan kegiatan ini sangat penting karena tidak jarang keluarga mengalami kesulitan ketika mudin yang biasanya menangani jenazah berhalangan hadir.
“Dengan adanya pelatihan ini, khususnya warga RW 16 Bunulrejo bisa mandiri merawat jenazah, mulai dari memandikan sampai mengkafani. Jadi kalau suatu saat mudin berhalangan, keluarga tidak bingung lagi,” jelas Yeni.
Yeni menambahkan, banyak orang tua di lingkungan sekitar yang belum memahami tata cara pemulasaran jenazah. Karena itu, pelatihan seperti ini sangat membantu masyarakat agar tidak sepenuhnya bergantung pada mudin.
“Paling tidak, apabila musibah menimpa keluarga kita, kita sudah siap melakukan perawatan sambil menunggu mudin datang. Minimal untuk keluarga sendiri kita sudah bisa menangani,” imbuhnya.
Ia juga mengapresiasi cara penyampaian narasumber yang dinilai jelas, rinci, dan sesuai syariat. Tidak ada perbedaan prinsip dengan tradisi masyarakat setempat, sehingga materi bisa langsung dipraktikkan oleh peserta.
Ke depan, Yeni berharap pelatihan serupa dapat digelar secara rutin dengan jumlah peserta yang lebih banyak.
“Perawatan jenazah bukan hanya soal teknis, tapi juga ibadah yang bernilai pahala besar. Ini membantu keluarga yang berduka sekaligus memperkuat kepedulian sosial,” pungkasnya.
Dengan adanya pelatihan ini, warga Bunulrejo dan Polehan diharapkan tidak hanya mandiri dalam perawatan jenazah, tetapi juga semakin mempererat silaturahmi dan menumbuhkan semangat gotong royong antar jamaah.



















