Featured

Gereja Katedral Ijen Malang: Ikon Arsitektur Kolonial di Kelurahan Penanggungan yang Tetap Menyala di Zaman Kini

15
×

Gereja Katedral Ijen Malang: Ikon Arsitektur Kolonial di Kelurahan Penanggungan yang Tetap Menyala di Zaman Kini

Share this article
Gereja Katedral Ijen Malang: Ikon Arsitektur Kolonial di Kelurahan Penanggungan yang Tetap Menyala di Zaman Kini
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, atau yang lebih dikenal sebagai Gereja Katedral Ijen.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Di tengah dinamika Kota Malang yang terus tumbuh sebagai kota pendidikan dan wisata, berdiri megah sebuah bangunan tua yang menjadi salah satu ikon sejarah dan arsitektur kota ini: Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, atau yang lebih dikenal sebagai Gereja Katedral Ijen.

Berlokasi di Jalan Guntur No. 2, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, gereja ini menjadi saksi bisu perjalanan kota sejak masa kolonial hingga era modern saat ini.

Didirikan pada tahun 1934 oleh komunitas Katolik Belanda, bangunan gereja ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 5.000 meter persegi, dengan luas bangunan utama mencapai 1.200 meter persegi.

Arsitektur gereja mengusung gaya Neo-Gotik Eropa, terlihat dari dua menara menjulang simetris, jendela kaca patri berwarna-warni, serta detail ornamen di pintu dan dinding yang sarat simbol keagamaan.

Gereja ini dahulu menjadi pusat peribadatan warga Eropa yang tinggal di kawasan Ijen Boulevard, wilayah elite permukiman kolonial Belanda di Malang.

Baca Juga :  Tawarkan Beasiswa Hingga 100 Persen, BINUS University: Solusi untuk Gen Z Raih Karir Lebih Awal

Tak hanya menjadi tempat ibadah, gereja ini juga merupakan pusat kegiatan sosial dan komunitas Katolik pada masa Hindia Belanda.

Bahkan hingga kini, keberadaannya tetap kokoh dan aktif melayani umat, menjadi pusat Keuskupan Malang dan tempat misa utama di setiap hari Minggu maupun hari besar keagamaan.

Kini di tahun 2025, Gereja Katedral Ijen tetap hidup dan berdenyut, meskipun usianya telah melampaui sembilan dekade.

Dalam keseharian, gereja ini tidak hanya menjadi tempat umat Katolik melaksanakan misa, tetapi juga menjadi destinasi sejarah dan budaya yang dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Keindahan arsitekturnya kerap menjadi objek foto, baik untuk keperluan dokumentasi sejarah maupun pemotretan prewedding.

“Gereja ini tetap menjadi ruang rohani yang damai, tapi juga terbuka untuk publik. Banyak pelajar dan wisatawan yang datang sekadar ingin melihat arsitekturnya, membaca sejarahnya, atau bahkan duduk sejenak menikmati suasana,” ujar Romo Yohanes, salah satu pastor yang kini melayani di gereja tersebut.

Baca Juga :  Riyoyoan UIBU Bersama Ratusan Jurnalis Pererat Silaturrahmi

Di tengah malam, sorot lampu yang menyoroti fasad depan gereja membuat bangunan ini terlihat semakin menawan. Terpancar aura keagungan dari jendela-jendela tinggi dan kubah segi delapan yang menjadi ciri khasnya.

Lokasinya yang strategis di jantung Kota Malang, berdekatan dengan rumah-rumah kolonial, taman, dan jalur pedestrian Kayutangan Heritage, menjadikannya salah satu ikon visual paling mencolok di kota ini.

Pemerintah Kota Malang bersama komunitas gereja juga aktif menjaga kelestarian bangunan ini. Upaya restorasi ringan dilakukan secara berkala untuk mempertahankan keaslian struktur, termasuk perawatan kaca patri dan interior kayu yang sudah berumur puluhan tahun.

Keberadaan Gereja Ijen menjadi simbol penting tentang bagaimana warisan masa lalu tetap bisa memberi makna di masa kini. Ia tak sekadar bangunan tua, melainkan bagian dari identitas Kota Malang, yang plural, terbuka, dan penuh toleransi.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *