Featured

Jembatan Kahuripan Kota Malang: Dari Zaman Belanda Hingga Era Digital

31
×

Jembatan Kahuripan Kota Malang: Dari Zaman Belanda Hingga Era Digital

Share this article
Jembatan Kahuripan Kota Malang: Dari Zaman Belanda Hingga Era Digital
Jembatan Kahuripan, Kota Malang saat ini.(foto:sudutkota.id/mit)

Sudutkota.id – Di antara keramaian lalu lintas Kota Malang, berdiri sebuah jembatan tua yang tetap kokoh, menyambungkan waktu antara masa lalu dan masa kini.

Jembatan Kahuripan, yang terletak di kawasan pusat kota menghubungkan Jalan Kahuripan dan kawasan Ijen, bukan sekadar lintasan kendaraan, melainkan juga warisan sejarah yang menyimpan jejak panjang perkembangan kota.

Jembatan ini memiliki panjang sekitar 22 meter, lebar 9 meter, dan tinggi sekitar 4,2 meter dari dasar sungai ke permukaan jalan.

Meski tidak sebesar jembatan-jembatan modern di kota besar, Jembatan Kahuripan tetap menjadi penghubung vital arus kendaraan dan pejalan kaki, serta bagian penting dalam struktur lalu lintas pusat kota.

Sebagai bagian dari penataan lalu lintas terbaru, jalur di atas Jembatan Kahuripan kini diberlakukan satu arah, dari barat ke timur.

Kendaraan hanya bisa melintas dari arah Jalan Kahuripan menuju kawasan Ijen. Kebijakan ini diterapkan guna mengurangi kepadatan dan meningkatkan keselamatan di area pusat kota, terutama di jam sibuk.

Dibangun pada era kolonial Hindia Belanda, sekitar awal abad ke-20, Jembatan Kahuripan menjadi bagian dari rencana tata kota bergaya Eropa yang diterapkan di Malang.

Baca Juga :  Maling Motor Asal Surabaya Bawa Jimat dan HT Saat Beraksi, Kira-kira Biar Apa Ya?

Fungsi utamanya saat itu adalah sebagai jalur penghubung antara pusat pemerintahan kolonial di sekitar Alun-Alun Tugu dengan kawasan elite Eropa di Ijen Boulevard.

“Ini bukan jembatan sembarangan. Dulu jembatan ini masuk dalam masterplan urban Belanda yang rapi, menghubungkan kawasan penting elit Eropa. Termasuk mengalirkan arus logistik dan jalur patroli militer kolonial,” ujar Heri Santoso, peneliti sejarah dari Komunitas Malang Tempo Doeloe, Minggu (3/8/2025).

Jembatan ini membentang di atas salah satu anak Sungai Brantas, yang pada masa lalu menjadi jalur irigasi serta sistem drainase utama kota. Kanal-kanal kecil yang bermuara ke sungai tersebut dirancang untuk mengalirkan air dan limbah dari pemukiman kolonial dan fasilitas umum.

Secara visual, Jembatan Kahuripan kini tampil lebih modern tanpa meninggalkan kesan klasiknya. Di sisi barat laut jembatan, berdiri monumen segitiga lancip setinggi lebih dari 3 meter yang menjadi penanda visual kawasan.

Di sisi kiri dan kanan jalan, trotoar diperlebar hingga 1,5 meter dan dilengkapi jalur berpola untuk penyandang disabilitas.

Di masa kemerdekaan, jembatan ini juga tercatat sebagai titik strategis dalam perlawanan rakyat Malang terhadap pendudukan Jepang dan Agresi Militer Belanda II. Beberapa catatan sejarah menyebut kawasan ini sempat dijadikan titik pengintaian oleh para pejuang lokal.

Baca Juga :  Eks Kantor Polresta Malang Kota, Jejak Sejarah di Jantung Kayutangan

Kini, Jembatan Kahuripan tak hanya menjadi sarana transportasi harian, tetapi juga bagian dari rute wisata sejarah heritage Kota Malang.

Pemandu wisata kerap mengajak pengunjung melewati jembatan ini dalam perjalanan menuju kawasan Ijen Boulevard, yang dikenal dengan deretan rumah kolonial, gereja tua, dan taman bergaya Eropa.

Sayangnya, masih banyak warga yang belum mengetahui nilai sejarah jembatan ini. Meski papan imbauan dari Satlantas Polres Malang Kota telah terpasang di ujung jembatan, belum tersedia penanda atau papan informasi sejarah yang menjelaskan pentingnya keberadaan jembatan ini bagi kota.

“Kalau bisa dipasang plakat atau QR code berisi narasi sejarahnya, ini akan jadi titik edukasi yang bagus. Bukan cuma jembatan untuk dilewati, tapi juga dilihat dan dipahami,” lanjut Heri.

Sebagai simbol penghubung lintas zaman, Jembatan Kahuripan sejatinya tak hanya menyatukan dua sisi jalan, tetapi juga dua sisi sejarah: kolonialisme dan kemerdekaan, masa lalu dan masa kini Kota Malang.(mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *