Sudutkota.id – Di selatan belakang Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, berdiri sebuah bangunan baru yang kini menuai perhatian publik. Lokasi tersebut tak lain adalah kawasan Senaputra, sebuah kompleks ruang publik yang dulunya menjadi pusat kreativitas, olahraga, dan hiburan warga kota.
Kini, jejak sejarah kawasan ini, termasuk keberadaan Radio Senaputra, kolam renang, sanggar tari, hingga tempat latihan karate hampir lenyap tanpa jejak.
Kawasan Senaputra (Sentra Pusat Kegiatan Rakyat) dulunya sangat ikonik bagi warga Malang. Berdiri di atas tanah milik TNI AD, kawasan ini dulunya dikenal sebagai ruang publik multifungsi. Di sinilah Radio Senaputra, yang sempat menjadi salah satu stasiun radio paling berpengaruh di Jawa Timur, mengudara dan menjangkau ribuan pendengar setia.
Didirikan sekitar awal 1980-an, Radio Senaputra dikenal dengan siaran musik populer, program permintaan lagu, dan acara interaktif yang disiarkan langsung dari studio yang berada di dalam kompleks taman.
Salah satu penyiar yang paling diingat publik adalah Ovan Tobing, yang dikenal luas karena suara khasnya dan kemampuan membawakan acara dengan gaya yang elegan dan bersahabat.
“Ovan Tobing itu penyiar kelas nasional. Banyak yang belajar siaran dari mendengar dia tiap malam di Radio Senaputra,” ujar Ratna, mantan penyiar lokal yang mengaku terinspirasi dari gaya siaran Ovan.
Namun Senaputra bukan sekadar tempat siaran. Kawasan ini juga memiliki kolam renang umum, yang menjadi pilihan warga untuk berolahraga murah meriah, sanggar tari tradisional yang rutin menggelar pelatihan dan pertunjukan, serta tempat latihan karate yang aktif membina anak-anak dan remaja. Tempat ini hidup, ramai, dan menjadi pusat interaksi sosial yang sehat.
“Kalau sore sampai malam dulu ramai. Anak-anak latihan tari, ada yang berenang, lalu malam duduk-duduk sambil dengar siaran radio. Itu suasana yang susah dicari sekarang,” ujar Dimas, warga asli Malang yang sering beraktivitas di kawasan Senaputra pada era 90-an.
Namun seiring masuknya era 2000-an, aktivitas di Senaputra meredup. Radio Senaputra berhenti siaran, sanggar tak aktif lagi, dan bangunan-bangunan di kawasan ini mulai terbengkalai.
Kini, sebagian lahannya berubah menjadi bangunan komersial berupa kafe. Di bagian depan tampak terpasang papan bertuliskan: “Tanah Milik TNI AD Cq. Kodam V/Brawijaya. Dilarang Mengalihkan Hak Atas Tanah Ini Tanpa Izin”, menegaskan bahwa lokasi tersebut merupakan aset negara milik TNI.(mit)