NasionalReligi

Wamenag Tekankan Dai Harus Profesional

106
×

Wamenag Tekankan Dai Harus Profesional

Share this article
Wakil Menteri Agama H. R. Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa dakwah merupakan kewajiban yang bersifat kifayah, yaitu tidak dibebankan kepada seluruh umat Islam, melainkan hanya kepada sebagian orang yang memiliki kapasitas
Wakil Menteri Agama H. R. Muhammad Syafi’i (foto: Dok. Kemenag/Fauzan Dhani)

Sudutkota.id– Wakil Menteri Agama H. R. Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa dakwah merupakan kewajiban yang bersifat kifayah, yaitu tidak dibebankan kepada seluruh umat Islam, melainkan hanya kepada sebagian orang yang memiliki kapasitas

Hal ini ia sampaikan saat memberikan sambutan dalam wisuda ke-15 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir di Bekasi, Sabtu (19/7/2025), dengan meluluskan 189 wisudawan dan wisudawati yang dilansir dari laman Kemenag.

“Berdakwah adalah kewajiban, tapi bukan kewajiban semua orang. Ini adalah fardhu kifayah, yang berarti cukup diwakili oleh sebagian umat Islam saja. Dan mereka yang berdakwah itu harus profesional,” ujar Wamenag di hadapan para lulusan dan sivitas akademika STID.

Wamenag menjelaskan bahwa ayat 125 dalam surat Ali Imran menjadi dasar penting dalam perintah berdakwah.

“Dalam ayat itu disebutkan wal takun minkum ummatun yad’una ilal khair. Kata minkum artinya sebagian dari kalian. Jadi jelas, tidak semua orang diwajibkan berdakwah, hanya mereka yang memang disiapkan,” jelasnya.

Menurutnya, menjadi seorang da’i tidak bisa dilakukan sembarangan. Seorang da’i harus menguasai berbagai disiplin ilmu, bukan hanya ilmu agama, tapi juga ilmu sosial.

“Ini penting agar dakwah bisa menyentuh realitas masyarakat dan tidak bersifat sektoral,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya membedakan antara dakwah dan tabligh. Seringkali orang menyamakan antara dakwah dan tabligh, padahal keduanya berbeda. Tabligh itu menyampaikan, sedangkan dakwah adalah proses mengajak. Tabligh bisa dilakukan siapa saja, karena sifatnya umum, sesuai sabda Nabi sampaikan dariku walau satu ayat. Tapi dakwah, harus dilakukan dengan ilmu, metode, dan pendekatan yang tepat.

Wamenag turut memberikan apresiasi terhadap STID Mohammad Natsir yang konsisten melahirkan generasi da’i yang memiliki visi kebangsaan dan keummatan.

“Saya bangga dengan STID Mohammad Natsir yang telah 15 kali mewisuda mahasiswanya. Ini bukan hanya soal kelulusan akademis, tapi juga pengukuhan komitmen dakwah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur,” ucapnya.

Ia menyebut bahwa kampus ini membawa warisan pemikiran Mohammad Natsir yang menjadikan dakwah sebagai gerakan pembebasan dan pencerdasan.

“Mohammad Natsir mengajarkan kita bahwa dakwah harus mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal. Maka kepada para wisudawan, jadilah da’i yang menginspirasi dengan keteladanan,” katanya.

Wamenag juga mengingatkan bahwa dakwah harus menjadi bagian dari upaya kolektif membangun bangsa.

“Membangun masyarakat adil dan makmur itu tugas kita bersama. Dakwah ke depan harus menjadi mercusuar yang menerangi kegelapan, mengubah ketakutan menjadi harapan, dan menyatukan perbedaan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” pungkasnya. (ama)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *