Sudutkota.id– Video wawancara antara dokter Richard Lee dan Zakir Naik yang diunggah baru-baru ini langsung menyita perhatian publik. Hanya dalam dua hari, video tersebut telah menarik banyak penonton dari dalam dan luar negeri. Ini adalah podcast pertama Zakir Naik, yang memiliki banyak pengikut di berbagai belahan dunia.
Dalam perbincangan tersebut, Zakir Naik berbagi alasan mengapa ia memilih menetap di Malaysia. Menurutnya, Malaysia memiliki undang-undang yang sejalan dengan prinsip syariah Islam. Ia juga mengagumi sikap Perdana Menteri Malaysia yang secara terbuka mendukung kemerdekaan Palestina, meskipun mendapat tekanan dari negara-negara pro-Israel.
Sejak 2016, Zakir Naik memutuskan hijrah dari India ke Malaysia karena merasa negeri jiran ini merupakan tempat yang nyaman bagi umat Islam. Meski tidak sempurna, ia menilai Malaysia adalah yang terbaik untuk menjalankan syariat Islam.
Ketika Dr. Richard menyinggung label ‘ekstremis’ yang kerap disematkan kepadanya, Zakir Naik memberikan jawaban yang mengejutkan.
“Pertama, kamu harus mendefinisikan apa itu ekstremis. Jika ekstremis diartikan sebagai seseorang yang menjalankan ajaran agama secara total, maka saya adalah seorang ekstremis,” ujarnya sambil tersenyum.
“Saya ekstremis dalam kasih sayang, cinta, kedermawanan, dan ketaatan pada ajaran agama. Seorang Muslim harus ekstremis dalam menjalankan aturan Al-Qur’an dan sunnah. Jika hanya menjalankan sebagian, itu bukan Muslim yang baik,” sambungnya kemudian, seperti yang dikutip dari chanel youtube official dr.Richard Lee, MARS pada Minggu (08/05/2025).
Zakir Naik juga berbagi nasihat kepada dr. Richard. Ia mengatakan, menjadi Muslim yang baik berarti menjalankan semua perintah Allah, termasuk sholat lima waktu.
“Saya juga rutin melakukan sholat sunnah, totalnya bisa sampai 54 rakaat sehari. Saya ekstrem dalam hal ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Zakir Naik juga mengungkapkan pengalaman pribadinya. Ia sempat dituduh sebagai teroris oleh pemerintah India karena dakwahnya yang banyak diminati, termasuk oleh warga non-Muslim, khususnya Hindu.
“Banyak dari mereka yang setelah menghadiri acara tanya jawab saya, ketika mereka datang selama 1-2 jam, mereka mengatakan: ‘selama 40 tahun aku hidup, saya tidak mempelajari ajaran Hindu lebih banyak daripada 2 jam disini’,” kenangnya.
Karena ceramahnya menarik banyak pemeluk Hindu untuk memeluk Islam, Zakir Naik mengaku mulai mendapat tekanan dari pemerintah India. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Mumbai dan menerima tawaran tinggal di Malaysia dari 15 negara yang mengundangnya.
Menanggapi tuduhan bahwa ia mendanai kelompok teroris, Zakir Naik tegas membantahnya.
“Non sense, itu sama sekali tidak benar. Semua itu hanya fitnah. Tidak sepersenpun saya pernah memberikan donasi pada kelompok organisasi teroris,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, merujuk pada Surah Al-Hujurat ayat 6: ‘Jika Kamu mendapatkan berita, pastikan dulu kebenarannya sebelum sampaikan kepada orang lain, kalau tidak maka itu menjadi tanggung jawabmu’.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa hidup dan mati adalah ujian, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Mulk ayat 2.
“Jika Allah mau, semua manusia bisa saja beriman. Tapi di mana letak ujiannya kalau begitu?” tambahnya.
Dari semua perdebatan, Zakir Naik mengaku tidak pernah menantang duluan. Dia mengaku hanya pernah terinspirasi Ahmed Deedat yamh pernah berdebat dengan Paus.
”Saya tidak pernah menantang debat seorang Paus. Kalau saya menantang debat (dengan) Paus, untuk apa?”
Kemudian, mengenai Indonesia, Zakir Naik menyampaikan harapannya agar umat Islam di Tanah Air bisa lebih bersatu.
“Indonesia punya potensi besar dengan 83% penduduknya Muslim. Namun, masih banyak yang terpecah dalam berbagai organisasi. Padahal, Allah memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada tali agama-Nya dan tidak bercerai-berai,” katanya.
Dalam wawancara tersebut juga diketahui tentang rencana kedatangan Zakir Naik ke Indonesia pada 18 Juni mendatang. Ia dijadwalkan akan hadir di Surabaya pada 21 Juni, kemudian di Malang, Solo, dan Jakarta. (kae/hid)