Pendidikan

UMM Ajak Masyarakat NTT Turunkan Stunting melalui Pelatihan Pengolahan Nutricorn

26
×

UMM Ajak Masyarakat NTT Turunkan Stunting melalui Pelatihan Pengolahan Nutricorn

Share this article
UMM saat memberi pelatihan pengolahan Nutricorn kepada Masyarakat NTT. (Foto: Sudutkota.id/ded)

Sudutkota.id – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengambil peran aktif dalam menurunkan angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT). Melalui program pengabdian masyarakat, tim UMM menggelar Pelatihan Pengolahan Nutricorn Inovatif dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

“Pelatihan ini kami rancang agar masyarakat bisa mengolah bahan pangan sekitar menjadi makanan bergizi,” ujar Dahlia Elianarni, S.T.P., M.Sc., dosen Ilmu Teknologi Pangan UMM.

Dahlia menjelaskan, kegiatan ini menjadi bagian dari kepedulian kampus terhadap persoalan gizi anak di daerah timur Indonesia.

“Angka stunting di NTT cukup tinggi, mencapai 18 persen, dan pemerintah menargetkan turun ke 14 persen,” katanya.

Program ini, lanjut Dahlia, termasuk dalam skema Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M) yang dimulai sejak Oktober 2025 dan akan terus berlanjut.

“Lewat program ini, kami tidak hanya memberikan penyuluhan, tapi juga pelatihan yang aplikatif dan berkelanjutan,” jelasnya.

Dalam kegiatan tersebut, tim UMM memperkenalkan dua jenis olahan pangan bergizi untuk balita, yaitu sereal dan nugget.

“Salah satunya kami buat sereal yang disukai anak-anak, dan satunya lagi nugget berbahan lokal yang kaya protein,” tutur Dahlia.

Bahan-bahan yang digunakan berasal dari hasil bumi NTT seperti kelor, tepung jagung, dan tepung ikan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa bahan sederhana di sekitar kita bisa menjadi makanan bergizi tinggi,” ungkapnya.

Pendekatan ini juga diharapkan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat setempat.

“Kalau masyarakat bisa memproduksi dan menjual hasil olahan ini, maka dampaknya bukan hanya pada gizi, tapi juga penghasilan keluarga,” ujarnya.

Kegiatan pelatihan ini disambut antusias oleh warga, terutama ibu rumah tangga yang menjadi peserta utama.

“Kesan kami untuk pelatihan ini sangat baik, kami akan menerapkan cara-cara pembuatan makanan bergizi ini di tempat kami,” kata salah satu peserta dengan semangat.

Lebih dari sekadar upaya menekan angka stunting, program ini juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.

“Harapan kami, setelah sosialisasi ini, ibu-ibu bisa memproduksi secara mandiri dan menjadikannya peluang ekonomi,” tutur Dahlia.

Melalui kolaborasi antara akademisi dan masyarakat, UMM berharap Nutricorn menjadi contoh keberhasilan inovasi pangan lokal dalam mengatasi stunting.

“Kami ingin Nutricorn menjadi ikon gizi lokal yang membantu menurunkan stunting sekaligus menumbuhkan ekonomi warga NTT,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *