Sudutkota.id – Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis tidak berfungsi pada Minggu pagi, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra kepada Reuters, Minggu (18/2). Rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza tidak dapat beroperasi karena pertempuran, kekurangan bahan bakar, dan serangan Israel memerangi militan Hamas di daerah kantong Palestina yang hancur.
“Rumah sakit tersebut masih menampung banyak pasien yang menderita luka perang dan krisis kesehatan yang memburuk di Gaza, namun tidak ada listrik dan staf yang cukup untuk merawat mereka semua,” kata Qidra. “Hanya ada empat tim medis, 25 staf, yang saat ini merawat pasien di dalam fasilitas tersebut,” imbuhnya.
Qidra mengatakan bahwa pasokan air ke rumah sakit terhenti karena generator tidak berfungsi selama tiga hari, limbah membanjiri ruang gawat darurat dan staf yang tersisa tidak dapat merawat pasien dalam perawatan intensif. Selain itu, kurangnya pasokan oksigen, juga karena tidak adanya aliran listrik, telah menyebabkan kematian sedikitnya tujuh pasien.
Rumah sakit di Gaza telah menjadi titik fokus perang empat bulan antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak berfungsi karena pertempuran dan kekurangan bahan bakar, menyebabkan 2,3 juta penduduk di Gaza tidak mendapatkan layanan kesehatan yang layak.
Israel telah menggerebek fasilitas medis dengan tuduhan bahwa Hamas menyimpan senjata dan sandera di rumah sakit. Hamas beroperasi di Gaza yang berpenduduk padat tetapi menyangkal bahwa mereka menggunakan rumah sakit sebagai perlindungan.
Pihak militer Israel pekan ini mengatakan pihaknya sedang memburu militan di Nasser dan telah menangkap sedikitnya 100 tersangka di lokasi tersebut, membunuh orang-orang bersenjata di dekat rumah sakit dan menemukan senjata di dalamnya. Mereka mengatakan bahwa pasukan khusus mereka beroperasi di dalam dan sekitar Rumah Sakit Nasser, dan telah membunuh puluhan militan Palestina serta menyita sejumlah besar senjata dalam pertempuran di Gaza selama beberapa hari terakhir.
Komunitas internasional mengatakan rumah sakit, yang dilindungi hukum internasional, harus dilindungi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Israel untuk memberikan stafnya akses ke rumah sakit tersebut, karena menurut mereka pengepungan dan penggerebekan selama seminggu oleh pasukan Israel yang mencari militan Hamas, telah menghentikan mereka dalam membantu pasien.
“Baik kemarin maupun sehari sebelumnya, tim @WHO tidak diizinkan masuk rumah sakit untuk menilai kondisi pasien dan kebutuhan medis kritis, meski sudah sampai di kompleks rumah sakit untuk mengirimkan bahan bakar,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di platform media sosial X. (wn)