Nasional

Penghormatan Mendalam pada Chairil Anwar di Hari Puisi Nasional 2025

100
×

Penghormatan Mendalam pada Chairil Anwar di Hari Puisi Nasional 2025

Share this article
Sang legenda pusi, Chairil Anwar. (Foto:Kemendikbud)
Sang legenda pusi, Chairil Anwar. (Foto:Kemendikbud)

Sudutkota.id – Hari Puisi Nasional 2025 diperingati dengan penuh khidmat di berbagai penjuru tanah air, tak terkecuali di Kota Batu. Di kota berhawa sejuk ini, para pecinta sastra berkumpul untuk mengenang sosok Chairil Anwar, sang legenda puisi modern Indonesia.

Salah satu sosok yang turut memimpin penghormatan tersebut adalah Syamsu Soeid, penggiat budaya dan sastra yang dikenal luas sebagai penyair lokal yang mengagumi karya-karya Chairil.

Chairil Anwar: Jejak Abadi dalam Dunia Sastra

Chairil Anwar, yang wafat pada 28 April 1949, meninggalkan warisan sastra yang abadi melalui puisi-puisi revolusionernya seperti “Aku”, “Karawang-Bekasi”, dan “Diponegoro”. Dengan semangat perlawanan dan kebebasan yang mewarnai setiap baitnya, karya-karya Chairil tetap menginspirasi berbagai generasi, termasuk Syamsu Soeid yang mengaku banyak belajar dari intensitas dan kejujuran karya sang maestro.

Fatihah untuk Sang Maestro Puisi

Mengikuti tradisi yang juga berlangsung di berbagai kota lain, di Kota Batu digelar acara “Al-Fatihah untuk Chairil Anwar”. Para seniman, penyair, dan pegiat budaya membacakan puisi-puisi Chairil sambil memanjatkan doa. Dalam acara tersebut, Syamsu Soeid tampil membawakan puisi “Aku” dengan penuh penghayatan, diiringi musikalisasi puisi yang membuat suasana semakin syahdu.

“Kami ingin menghormati Chairil bukan hanya dengan membacakan puisinya, tetapi juga mendoakannya. Semoga semangatnya tetap hidup dalam setiap bait yang kami bacakan,” ujar Syamsu dengan mata berbinar.

Syamsu Soeid: Penyair Kota Batu yang Terinspirasi Chairil

Sebagai penyair dan penggerak komunitas sastra, Syamsu Soeid menyatakan bahwa karya Chairil Anwar menjadi pintu masuknya ke dunia puisi. “Saya pertama kali jatuh cinta pada puisi setelah membaca ‘Aku’. Ada kekuatan luar biasa dalam kata-katanya yang membuat saya ingin terus menulis,” ungkapnya.

Tidak hanya menulis, Syamsu juga aktif menggerakkan kegiatan sastra di kalangan muda melalui workshop, diskusi, hingga pertunjukan sastra. “Puisi itu hidup, ia bisa menjadi medium untuk menyampaikan gagasan, protes, atau sekadar curahan hati. Chairil sudah membuktikannya. Sekarang tugas kita meneruskannya,” tegasnya.

Puisi di Era Digital: Tetap Eksis atau Tergerus Zaman?

Meskipun dunia digital terus berkembang, puisi ternyata menemukan bentuk baru. Platform seperti Instagram dan TikTok kini menjadi panggung bagi para penyair muda untuk berkarya dan menyuarakan ekspresi mereka. Tagar #HariPuisi2025 bahkan sempat menjadi trending topic, dihiasi kutipan puisi Chairil dan karya-karya baru generasi muda.

“Puisi tidak akan mati, ia hanya beradaptasi. Dulu Chairil menulis di kertas, sekarang anak muda menulis di media sosial. Yang penting, esensinya tetap sama: kata-kata yang menyentuh jiwa,” ujar Syamsu Soeid.

Penutup: Semangat Chairil Terus Menyala

Di akhir acara, Syamsu Soeid menyampaikan pesan khusus kepada seluruh komunitas sastra di Kota Batu:

“Untuk semakin menggiatkan iklim bersastra yang bagus di Kota Batu, saya berharap komunitas-komunitas sastra yang ada di sini bersatu padu membuat karya bersama. Insyaallah, Agustus nanti kami dari komunitas sastra SATU RUANG akan menggelar Pesta Monolog 2025,” ujarnya optimistis.

Hari ini, jutaan orang merayakan dan mengenang Chairil Anwar melalui puisi. Sebagaimana bait abadi dalam puisinya “Aku”:

“Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau…”

Selamat Hari Puisi Nasional 2025! Semoga semangat Chairil terus menyala di hati para penyair masa kini dan mendatang. (mit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *