Internasional

Netanyahu dan Trump Kompak Tinggalkan Negosiasi Gaza, Gencatan Senjata di Ujung Tanduk

14
×

Netanyahu dan Trump Kompak Tinggalkan Negosiasi Gaza, Gencatan Senjata di Ujung Tanduk

Share this article
Netanyahu dan Trump Kompak Tinggalkan Negosiasi Gaza, Gencatan Senjata di Ujung Tanduk
Donald Trump (kanan), dan Benjamin Netanyahu (kiri) saat berada di bandara Internasional Ben Gurion, Tel aviv, Israel. (foto: GPO/Kobi Gideon)

Sudutkota.id– Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan secara tegas bahwa mereka tidak lagi mendukung jalannya negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Pernyataan keras dari kedua tokoh tersebut disampaikan pada Jumat (25/07) waktu setempat. Hal tersebut menandakan semakin jauhnya harapan akan tercapainya perdamaian dalam waktu dekat.

“Sudah sangat jelas bahwa Hamas tidak menginginkan kesepakatan,” kata Netanyahu.

Ia juga menyebut Israel kini sedang mempertimbangkan opsi alternatif untuk membebaskan sandera dan menghentikan kekuasaan Hamas di Jalur Gaza.

Sementara itu, Trump yang berbicara di Gedung Putih mengatakan bahwa pemimpin Hamas tidak ingin membuat kesepatan.

“Saya rasa mereka ingin mati, dan itu sangat buruk. Untuk itu, perang ini harus sampai pada titik di mana harus diakhiri,” terangnya.

Sikap tegas keduanya langsung memicu kekhawatiran internasional. Banyak pihak menilai pernyataan itu sebagai sinyal bahwa perundingan yang sedang berlangsung di Qatar telah gagal. Israel dan AS diketahui menarik delegasinya dari meja perundingan beberapa jam setelah Hamas menyampaikan respons atas proposal gencatan senjata.

Sebelumnya, gencatan senjata yang diusulkan mencakup penghentian pertempuran selama 60 hari, pembebasan sekitar 50 sandera oleh Hamas, serta pertukaran dengan tahanan Palestina di penjara Israel. Namun, perdebatan soal penarikan pasukan Israel dan masa depan Gaza setelah 60 hari membuat kesepakatan sulit dicapai.

Baca Juga :  Kunjungan Wisata di Kota Batu Tak Mengalami Kenaikan saat Musim Liburan Sekolah

Langkah Netanyahu langsung mendapat dukungan dari Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir. Ia menyerukan penghentian total bantuan ke Gaza dan menyuarakan pemusnahan total Hamas serta pembangunan permukiman Yahudi.

“Tidak ada kompromi. Saatnya dorong emigrasi dan ambil alih Gaza sepenuhnya,” tulis Ben-Gvir di akun media sosialnya

Di sisi lain, kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Kelaparan massal mengancam 2,2 juta penduduk. Organisasi internasional menyebut bantuan yang masuk sangat terbatas akibat blokade Israel. Militer Israel memang mengizinkan bantuan udara dari negara-negara asing, namun Hamas menyebut hal itu tipuan murahan.

“Gaza tidak butuh pertunjukan udara. Kami butuh jalur bantuan yang terbuka dan stabil,” ujar Ismail Al-Thawabta, juru bicara kantor media pemerintah Gaza, seperti dikutip dari Reuters.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sembilan warga meninggal dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan. Puluhan lainnya telah meninggal dalam beberapa minggu terakhir. Di tengah kekacauan, serangan udara Israel masih terus berlanjut. Sedikitnya 21 orang tewas pada Jumat, termasuk lima pengungsi yang berlindung di sebuah sekolah.

Baca Juga :  Gencatan Senjata Israel-Iran Runtuh dalam Hitungan Jam, Serangan Balik dan Saling Tuduh Memanaskan Konflik

Seorang jurnalis lokal, Adam Abu Harbid, turut menjadi korban dalam serangan di tenda pengungsian. Rekan-rekannya membawa jenazahnya dalam kafan putih, masih mengenakan rompi bertuliskan “PRESS”. Israel membantah sengaja menargetkan awak media.

Sementara itu, dunia mulai mengambil langkah tersendiri. Presiden Prancis Emmanuel Macron secara mengejutkan mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina. Namun, Trump menanggapi sinis langkah Macron.

“Apa yang dia katakan tidak penting. Saya suka dia, tapi pernyataannya tidak berbobot,” ujarnya.

Israel dan AS langsung mengecam keputusan Prancis. Netanyahu menyebut pengakuan itu sebagai hadiah untuk terorisme.

Dua kekuatan besar Eropa lainnya, Inggris dan Jerman, menegaskan tidak ada rencana untuk segera bertindak terkait negara Palestina.

Jerman sendiri memiliki sejarah panjang dalam mendukung Israel yang bangkit dari rasa bersalahnya atas Holocaust Nazi.

“Keamanan Israel merupakan hal terpenting bagi pemerintah Jerman. Oleh karena itu, pemerintah Jerman tidak berencana mengakui negara Palestina dalam jangka pendek,” ujar seorang juru bicara pemerintah Jerman.

Sementara sekutunya, Inggris mengungkapkan bahwa prioritas utamanya adalah meringankan bencana kemanusiaan di Gaza dan mengamankan gencatan senjata. (kae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *