Sudutkota.id – Kesibukan orang tua yang kerap mengorbankan waktu bersama anak kini mulai menuai dampak serius di Kota Batu. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) mencatat, sepanjang Januari hingga Agustus 2025, sudah ada tujuh anak yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DP3AKB Kota Batu, Amida Yusiana, mengungkapkan banyak anak tidak mendapatkan ruang komunikasi yang sehat di dalam keluarga. Kondisi itu membuat mereka merasa terabaikan hingga sulit menyalurkan perasaan.
“Anak sebenarnya hanya ingin didengarkan, tetapi sering kali orang tua terlalu sibuk bekerja. Akhirnya, anak memilih diam atau melampiaskan dengan cara yang salah,” katanya, Selasa 2 September 2025.
Dari catatan DP3AKB, sebagian besar anak yang terdampak berada pada usia di atas 10 tahun. Bentuk gangguan yang muncul antara lain kesulitan bergaul, mudah marah, dan tidak mampu mengendalikan emosi.
“Bahkan, ada yang sampai menyakiti diri sendiri karena tekanan yang berasal dari konflik keluarga maupun perceraian orang tua,” katanya.
Amida menekankan, peran komunikasi dalam keluarga menjadi kunci utama pencegahan. Tanpa perhatian dan penghargaan, anak merasa tidak disayang.
“Pola asuh yang membandingkan dengan anak lain, membentak, atau tidak pernah mengapresiasi, itu justru memperburuk keadaan,” ujarnya.
DP3AKB kini terus menggiatkan sosialisasi untuk mendorong orang tua lebih peka terhadap kondisi mental anak. Meski begitu, Amida mengakui laporan yang masuk masih jauh dari kondisi sebenarnya.
“Masih banyak kasus yang tidak terungkap. Padahal layanan konseling tersedia dan bisa dimanfaatkan masyarakat. Dengan meningkatnya kasus di awal tahun ini, Amida berharap kesadaran bersama dapat segera terbentuk. Terutama dari kalangan orang tua, agar anak-anak Kota Batu bisa tumbuh dengan sehat secara mental maupun emosional,” tuturnya.



















