Ekonomi Bisnis

Mahasiswi Kesehatan Malang Sulap Limbah Sandal Toyomarto Jadi Mainan Edukatif “Toysol”

16
×

Mahasiswi Kesehatan Malang Sulap Limbah Sandal Toyomarto Jadi Mainan Edukatif “Toysol”

Share this article
Wakil Rektor, Mahasiswi dan Perangkat Desa Toyomarto foto bersama usai potong tumpeng. (Foto: Sudutkota.id/hid)

Sudutkota.id – Krisis pemasaran sandal di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, mendorong lima mahasiswi dari Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen untuk berinovasi. Mereka memanfaatkan bahan sandal spons yang menumpuk di gudang untuk dijadikan produk baru. Dengan tujuan memberdayakan masyarakat setempat, mereka menciptakan mainan edukatif bernama Toysol, yang terbuat dari limbah spons.

Ovy Chandra Singhasari, Ketua Kelompok PKM-PM, menjelaskan bahwa nama Toysol berasal dari dua kata: Toy yang merujuk pada Desa Toyomarto dan Sol yang berarti sol sandal. “Kami sedang dalam proses mengurus HAKI untuk produk ini, termasuk HAKI buku pedoman mitra,” kata Ovy saat ditemui di Desa Toyomarto, Senin (25/08/2025).

Melalui riset berbasis perspektif ekonomi dan kesehatan, mereka menemukan fakta mencengangkan. Desa yang sebelumnya dikenal sebagai sentra produksi sandal spons kini tengah terpuruk akibat menurunnya permintaan pasar.

“Program ini lahir dari keresahan terkait limbah, ekonomi, dan tumbuh kembang anak,” ujar Ovy. Mereka memandang limbah spons sebagai peluang untuk menyelesaikan dua masalah sekaligus: penurunan pendapatan pengrajin sandal dan kurangnya stimulan bagi tumbuh kembang anak-anak.

Baca Juga :  Dorong UMKM Naik Kelas, Wali Kota Wahyu Permudah Akses Modal Lewat Program Ngalam Laris

Tiga Masalah Utama yang Ditemukan:

  1. Limbah: Desa Toyomarto belum mengelola limbah dengan baik, sebagian besar limbah dibakar yang berisiko bagi kesehatan.
  2. Ekonomi: Banyak ibu rumah tangga di desa ini tidak memiliki penghasilan tetap, sementara kebutuhan mereka semakin meningkat.
  3. Tumbuh Kembang Anak: Kecanduan gadget di kalangan anak-anak berpotensi merusak perkembangan mereka. Anak-anak membutuhkan mainan yang dapat merangsang tumbuh kembangnya.

Metodologi Pelaksanaan

Proyek ini dibagi dalam tiga fase: pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi.

  • Pra-produksi: Edukasi masyarakat, pre-test dan post-test, serta screening kesehatan.
  • Produksi: Pelatihan pembuatan produk, penugasan ibu-ibu PKK membuat produk sendiri, pendampingan, hingga kontrak kesanggupan usaha.
  • Pasca-produksi: Pelatihan digital marketing, praktik pemasaran online, hingga strategi produksi berikutnya.

“Semua kegiatan ini kami fasilitasi dengan pemateri ahli, alat produksi, bahan pengemasan, dan kebutuhan lainnya. Harapan kami, program ini dapat berkelanjutan dan berdampak positif tidak hanya di sektor ekonomi, tetapi juga kesehatan, pendidikan, dan sosial,” lanjut Ovy.

Ibu-ibu PKK Desa Toyomarto menyambut baik program ini. Mereka mengaku senang mendapat pengalaman baru dan berharap usaha Toysol mampu menambah penghasilan keluarga.

Baca Juga :  Wujud Kepedulian kepada Masyarakat, BRI Regional Malang Bagikan Ribuan Sembako dan Santuni Anak Yatim

Target Produksi dan Pengembangan

Program PKM ini menargetkan 50 produk mainan edukatif dapat terjual dalam tahap awal sebelum dilanjutkan produksi lagi pada September mendatang.

Launching Toysol digelar di Pendopo Wisata Pentungsari, Desa Toyomarto. Wakil Rektor III Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen, Letkol CKM Raharjo, S.Kep.Ners., M.Kes., turut hadir dan menyampaikan apresiasinya. “Saya berharap produk ini bisa terus dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan ekonomi daerah, khususnya di Toyomarto,” ujarnya.

Ika, Wakil Ketua PKK Desa Toyomarto, juga menilai program ini sangat bermanfaat. “Kami berharap dengan kegiatan ini limbah-limbah di gudang bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan ibu-ibu rumah tangga,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Toyomarto, Sumito, SH, menambahkan bahwa merosotnya produksi sandal lokal tak lepas dari turunnya daya beli masyarakat dan derasnya persaingan dengan produk impor, terutama dari China. Ia berharap inovasi ini dapat menjadi solusi berkelanjutan.

“Masih banyak limbah sisa produksi yang bisa dimanfaatkan. Semoga program ini terus berjalan dan membawa manfaat bagi warga Toyomarto,” pungkasnya. (hid)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *