Sudutkota.id- Gunung api Ibu yang terletak di pulau Halmahera di Indonesia timur meletus pada hari Sabtu (01/6), sekitar pukul 11:03 WIT setelah serangkaian letusan terjadi pada bulan Mei.
Dari informasi Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gunung Ibu memuntahkan awan abu dengan tinggi kolom letusan teramati ± 5000 m di atas puncak (± 6325 m di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 265 detik.
PVMBG memperingatkan potensi banjir bandang dan aliran lahar dingin setelah pihak berwenang melihat peningkatan aktivitas gunung berapi mulai bulan April, yang menyebabkan evakuasi tujuh desa di dekatnya seraya menambahkan bahwa warga dan wisatawan harus menjaga jarak minimal 7 km dari kawah aktif.
Sementara itu, Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pemerintah setempat untuk mengantisipasi bencana susulan seperti banjir bandang dan aliran lahar dingin. Analisis yang dilakukan badan meteorologi negara menunjukkan wilayah tersebut berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat, meski tidak disebutkan kapan akan terjadi.
“Jika ada penumpukan material sisa letusan sebaiknya segera dibersihkan karena berbahaya. Jika terjadi hujan lebat bisa terjadi banjir bandang, menimbulkan kerusakan dan banyak korban jiwa,” kata Kepala BNPB Suharyanto dalam keterangannya.
Gunung berapi ini berada pada tingkat siaga tertinggi PVMBG sejak 16 Mei. Aktivitas Gunung Ibu baru-baru ini menyusul serangkaian letusan gunung berapi lain di Indonesia, yang terletak di “Cincin Api” Pasifik dan memiliki 127 gunung berapi aktif.
Sebelumnya, Banjir bandang dan aliran lahar dingin juga terjadi Gunung Marapi, salah satu gunung berapi paling aktif di provinsi Sumatera Barat, melanda beberapa kabupaten terdekat setelah hujan lebat pada 11 Mei, menewaskan sedikitnya 67 orang dan 20 orang masih hilang.
Berkaca dari Gunung Marapi itu, BNPB siap mendukung Pemerintah Kabupaten Halmahera untuk mengirimkan tim ahli bersama PVMBG untuk mempertajam kajian risiko bencana dari Gunungapi Ibu. Hasil kajian dan analisa di lapangan itu nantinya dapat digunakan untuk tindak lanjut sebagai langkah mitigasi dan kesiapsiagaan.
“Kita jangan over estimate. Keselamatan masyarakat hukum yang tertinggi. Ini yang harus kita pikirkan. Karena Gunungapi Ibu ini perangkat teknologinya ini sudah baik, namun kembali lagi ini alam. Sifatnya bencana ini di seluruh dunia juga belum bisa memprediksi secara tepat atau pasti,” pungkas Suharyanto. (Aam)