Pendidikan

FIB Universitas Brawijaya Bersama UNESCO Resmikan Work Station

43
×

FIB Universitas Brawijaya Bersama UNESCO Resmikan Work Station

Share this article
FIB Universitas Brawijaya Bersama UNESCO Resmikan Work Station
Penandatanganan kerjasama antara UB dan UNESCO. (Foto: Humas FIB UB)

Sudutkota.id – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) bersama UNESCO meresmikan Work Station. Yakni pusat kolaborasi internasional dalam bidang media arts dan studi budaya.

Seperti yang disampaikan Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., bahwa ia dalam kesempatan ini meresmikan pembukaan UNESCO Work Station di FIB UB. Yaitu pusat kolaborasi internasional dalam bidang media arts dan studi budaya. Pasalnya Fakultas ini telah lama menunjukkan keunggulan dalam bidang kajian budaya, seni, linguistik, dan media.

“Komitmen Fakultas Ilmu Budaya UB terhadap keterlibatan budaya global menjadikan FIB mitra strategis bagi UNESCO,” ujar Prof. Widodo.

Rektor UB menyampaikan hal tersebut saat menghadiri International Workshop yang digelar FIB UB, yang mengangkat tema “From Heritage to Innovation: Empowering Cultural-Based Creative Industries”, Jumat (21/11/2025). Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan UNESCO dan dihadiri tokoh akademik dan praktisi dari Tiongkok, Thailand, dan Korea Selatan.

Workshop ini menghadirkan pembicara dari berbagai negara yang membagikan praktik-praktik terbaik dalam pemberdayaan warisan budaya. Salah satunya adalah presentasi dari Prof. Dr. Yong (Hardy) Xiang, Dekan Institute for Cultural Industries Peking University, sekaligus pakar kebijakan budaya dan UNESCO Chair on Creativity and Sustainable Development in Rural Areas, yang mengangkat pengalaman Tiongkok dalam “Creative Empowerment of Cultural Heritage”.

Ia memaparkan empat jalur utama pemberdayaan: teknologi, gaya hidup, fesyen, dan media sosial yang berhasil menjadikan warisan budaya sebagai kekuatan ekonomi dan identitas nasional.

Indonesia, menurut Prof. Hardy, memiliki peluang besar untuk mengadaptasi pendekatan ini, terutama dengan kekayaan budaya seperti batik, wayang kulit, dan ukiran tradisional. Ia menyarankan perlunya strategi integratif antara pendidikan, komunitas, digitalisasi, dan jejaring global agar warisan budaya tidak hanya lestari, namun juga produktif secara ekonomi.

Pelaksanaan workshop ini juga menandai komitmen FIB UB terhadap visi Globalizing UB, yang menjadikan internasionalisasi sebagai strategi utama pengembangan kampus. FIB UB tidak hanya mengedepankan kualitas akademik, tetapi juga mengusung pendekatan budaya sebagai fondasi jejaring global yang berkelanjutan.

Workshop ini ditutup dengan sesi diskusi panel, di mana para peserta dari dalam dan luar negeri berdialog tentang tantangan dan peluang kolaborasi dalam mengembangkan industri kreatif berbasis budaya. FIB UB berharap momentum ini dapat membuka jalan untuk kolaborasi jangka panjang, baik dalam riset, pertukaran akademik, hingga proyek pengembangan komunitas lintas negara.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *