
Sudutkota.id- Kota Buriticupu di ujung timur laut Amazon Brasil sedang menghadapi bencana sinkhole atau yang dikenal sebagai lubang amblas sedalam beberapa meter yang semakin memburuk. Dalam beberapa minggu terakhir, sinkhole yang mencapai beberapa meter dalamnya telah mengancam rumah tangga warga, membuat pemerintah kota mengumumkan keadaan darurat.
Dekrit darurat yang dikeluarkan pemerintah kota mengungkapkan bahwa sekitar 1.200 orang dari 55.000 penduduk di kota ini berada dalam risiko tinggi. Lubang pembuangan yang semakin membesar itu kini semakin mendekati pemukiman penduduk, bahkan menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya.
Permasalahan ini bukanlah hal baru bagi warga Buriticupu, Maranhao. Tanah yang rentan mengalami erosi akibat hujan serta kombinasi dari pembangunan yang tidak terencana dengan penggundulan hutan telah menyebabkan eskalasi masalah ini selama tiga dekade terakhir.
Masalah erosi tanah, yang dikenal dengan nama “voçoroca” di Brasil, sebuah kata yang berasal dari bahasa asli yang berarti “merobek bumi” dan setara dengan sinkhole kini semakin memburuk di musim hujan, meningkatkan risiko lubang pembuangan semakin meluas.
“Masalahnya menjadi lebih buruk pada periode hujan lebat seperti saat ini,” ungkap Marcelino Farias, seorang ahli geografi dan profesor di Universitas Federal Maranhao seperti dikutip dari Reuters.
Penduduk setempat seperti Antonia dos Anjos, sangat khawatir dengan munculnya lubang pembuangan ini. Kekhawatiran akan keselamatan warga semakin meningkat seiring lubang pembuangan yang semakin membesar.
“Ada bahaya di depan mata kita, dan tidak seorang pun tahu di mana lubang ini muncul di bawahnya,” kata pria berusia 65 tahun itu.
Dalam situasi yang rumit ini, pemerintah kota mengakui bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk menemukan solusi yang tepat.
Lucas Conceicao, Sekretaris Pekerjaan Umum Buriticupu, menegaskan bahwa masalah ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari erosi tanah hingga pemindahan warga dari daerah berisiko. Situasi ini semakin mendesak dan menuntut tindakan cepat dalam penanganannya. (Ka)