Nasional

Mahfud MD Soroti Dugaan Mark-up Proyek Whoosh hingga Katakan Biaya Naik Tiga Kali Lipat

60
×

Mahfud MD Soroti Dugaan Mark-up Proyek Whoosh hingga Katakan Biaya Naik Tiga Kali Lipat

Share this article
Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengungkapkan kembali kisah panjang dan pelik di balik proyek kereta cepat Jakarta–Bandung Whoosh, yang kini disebutnya berpotensi menjadi beban besar bagi keuangan negara.
Mantan Menkopolhukam, Mahfud MD. (foto: YouTube Mahfud MD Official)

Sudutkota.id– Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD mengungkapkan kembali kisah panjang dan pelik di balik proyek kereta cepat Jakarta–Bandung Whoosh, yang kini disebutnya berpotensi menjadi beban besar bagi keuangan negara.

Dalam podcast ‘Terus Terang’ yang kutip di kanal YouTube Mahfud MD Official pada Kamis (16/10/2025), Mahfud menilai terdapat kejanggalan serius dalam proses peralihan kerja sama proyek dari Jepang ke Cina, hingga muncul dugaan mark-up yang menyebabkan biaya membengkak hingga tiga kali lipat dari hitungan awal.

“Awalnya ini perjanjian G2G, government to government, antara Indonesia dan Jepang. Saat itu dihitung oleh para ahli UI dan UGM, bisa dibangun dengan bunga hanya 0,1 persen. Tapi setelah Jepang minta kenaikan sedikit, malah dipindah ke Cina, jadi 2 persen, bahkan kemudian membengkak menjadi 3,4 persen,” kata Mahfud.

Ia juga memaparkan bahwa Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan saat itu, sudah menyatakan proyek tersebut tidak layak secara finansial (not feasible). Namun, setelah menyampaikan pendapat itu, Jonan justru diberhentikan dari jabatannya.

“Pak Jonan bilang, proyek ini tidak feasible. Lalu dipecat. Setelah itu Pak Jokowi memanggil ahli Agus Pambagyo. Agus juga bilang, Ini merugikan negara. Tapi ketika ditanya ide siapa, Presiden bilang ‘Ide saya’. Ya sudah, kalau sudah jadi ide Presiden, mau bagaimana lagi,” tutur Mahfud.

Mahfud kemudian menyoroti besarnya pembengkakan biaya pembangunan, yang menurutnya jauh di atas standar internasional. Ia menyebut data perbandingan yang menunjukkan biaya per kilometer proyek Whoosh mencapai 32 juta dolar AS, sedangkan di Tiongkok sendiri, proyek serupa hanya menelan 17 hingga 18 juta dolar AS per kilometer.

“Naik tiga kali lipat. Nah, di situ harus diteliti. Ada dugaan mark-up, uangnya ke mana? Ini harus diperiksa,” tegas Mahfud.

Lebih jauh, Mahfud memperingatkan bahwa utang proyek Whoosh kini membebani APBN, dan bisa berdampak pada terhambatnya pembangunan lain yang menyentuh kebutuhan dasar rakyat.

“Ini masalah besar bagi bangsa. Kita membangun ini tapi mengorbankan pembangunan lain untuk rakyat. Kalau tidak mampu bayar, bisa dipailitkan atau bahkan diserahkan ke pihak asing. Ini yang berbahaya,” tuturnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *