Sudutkota.id – Jalan Sultan Agung kini tampil berbeda. Deretan sculpture tematik, hamparan bunga warna-warni, hingga tata ruang yang lebih artistik menghadirkan wajah baru Kota Batu.
Pemerintah Kota Batu melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) meluncurkan program pengembangan taman tematik yang tidak hanya mempercantik ruang publik, tetapi juga menjadi ikon baru yang merepresentasikan identitas kota wisata ini.
Kepala DLH Kota Batu, Dian Fachroni, menegaskan bahwa pembangunan taman di boulevard Sultan Agung bukan sekadar proyek infrastruktur hijau. Kehadirannya didesain untuk memperkuat identitas daerah, menghadirkan ruang publik yang nyaman bagi masyarakat, sekaligus destinasi baru bagi wisatawan.
“Tujuannya adalah menjaga pemenuhan ruang terbuka hijau sekaligus menjadikan ruang ini sebagai kebanggaan warga Batu,” ujarnya, Senin 22 September 2025.
Setiap sculpture yang berdiri di sepanjang boulevard memiliki makna filosofis yang erat dengan kehidupan masyarakat Batu. Ikon apel dipadukan dengan Batu SAE menjadi simbol pertanian dan potensi alam yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi warga. Patung kuda berdampingan dengan figur Sultan Agung menggambarkan semangat perjuangan dan nilai sejarah.
“Sementara itu, bantengan sebagai seni tradisi khas Malang Raya dimunculkan untuk menegaskan identitas budaya yang masih hidup di Kota Batu. Bahkan potret olahraga ekstrem seperti paralayang, trail run, dan sepeda turut divisualisasikan sebagai daya tarik wisata sekaligus semangat generasi muda Batu,” katanya.
Di sisi lain, figur Dewi Saraswati menambah makna pendidikan dan kebijaksanaan, sedangkan sculpture bergaya modern kontemporer dipilih untuk merepresentasikan keterbukaan Batu pada kreativitas dan inovasi zaman.
“Dalam prosesnya, pengembangan taman ini tetap menyesuaikan regulasi nasional. Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja negara dan daerah membuat Pemkot Batu harus melakukan penyesuaian anggaran,” katanya.
Alhasil, revitalisasi taman sebagian besar digerakkan melalui dukungan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau TJSL. Selain itu, aturan baru dari Kementerian ESDM terkait ruang bebas jaringan listrik bertegangan tinggi juga mendorong pemerintah melakukan koreksi terhadap sejumlah pohon yang berpotensi mengganggu jaringan SUTT 70.000 Volt.
“Kolaborasi pun dijalankan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk PT PLN dan Jawa Timur Park Group. JTP Group bahkan mengambil peran aktif dalam hibah pembangunan serta revitalisasi taman tematik Sultan Agung,” katanya.
Tahap pertama dimulai dengan pembangunan pulau taman pertama bertema “Jendela Kota Batu” yang menjadi titik awal penyambutan wisatawan sebelum menikmati rangkaian tema lain di sepanjang jalan hingga ke Museum Angkut. Dari sisi estetika, taman ini menghadirkan tata bunga cosmos, impatiens, dan mawar yang menegaskan citra Kota Batu sebagai kota bunga.
“Tata letak sculpture dibuat mengikuti alur perjalanan, sehingga wisatawan dapat menikmati narasi visual tentang potensi Batu, baik pada siang hari dengan panorama cerah maupun malam hari dengan permainan cahaya yang dramatis,” katanya.
Manfaat dari hadirnya taman Sultan Agung tidak hanya terasa pada sisi estetika kota, melainkan juga ekonomi. Taman ini diproyeksikan menjadi spot foto populer yang mendukung pariwisata digital, memperkuat branding Kota Batu di tingkat nasional hingga internasional, serta membuka peluang usaha baru bagi pelaku UMKM.
Dian menegaskan, keberhasilan program ini merupakan hasil sinergi dari berbagai elemen, mulai dari pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas, hingga media.
“Mari kita jadikan sculpture Jalan Sultan Agung sebagai kebanggaan bersama. Batu semakin indah, semakin berwarna, dan semakin siap menjadi kota wisata kelas dunia,” tuturnya.




















