Sudutkota.id– Selama bertahun-tahun, telur kerap dianggap sebagai pemicu kolesterol tinggi dan sebaiknya dikonsumsi secara terbatas. Namun, sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan sebaliknya, mengonsumsi dua butir telur setiap hari justru dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL atau kolesterol jahat.
Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) dikenal sebagai zat lemak dalam darah yang dapat menumpuk di dinding arteri, meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Selama ini, telur dianggap sebagai salah satu penyumbang utama kolesterol dalam darah. Namun, hasil penelitian baru ini mulai menggoyahkan anggapan tersebut.
“Berdasarkan temuan studi kami, konsumsi telur tidak akan meningkatkan kadar kolesterol LDL,” ujar Prof. Jon Buckley, peneliti utama studi ini, seperti dikutip oleh BBC Science Focus.
“Pesan ini perlu diluruskan karena masih banyak pihak yang menyarankan orang dengan kadar LDL tinggi untuk menghindari telur,” sambungnya.
Dalam penelitian tersebut, Buckley dan timnya melibatkan sejumlah partisipan dengan kadar kolesterol sehat untuk mengikuti tiga pola diet berbeda selama lima minggu. Diet pertama tinggi lemak jenuh dan kolesterol, diet kedua tinggi lemak jenuh tetapi rendah kolesterol, dan diet ketiga tinggi kolesterol namun rendah lemak jenuh.
Hasilnya, hanya diet ketiga, yang mencakup konsumsi dua butir telur per hari, yang berhasil menurunkan kadar kolesterol LDL. Sementara dua diet lainnya, yang membatasi konsumsi telur menjadi satu butir per minggu atau sama sekali tidak mengonsumsinya, justru memicu peningkatan LDL.
Menurut Buckley, telur termasuk makanan yang tinggi kolesterol namun rendah lemak jenuh. Ia menjelaskan bahwa justru lemak jenuh, bukan kolesterol, yang selama ini lebih berperan dalam peningkatan kadar LDL.
“Penelitian kami menjadi yang pertama yang secara meyakinkan membuktikan hal ini,” bebernya.
Selain itu, diet kaya telur juga ditemukan mampu meningkatkan jenis lipid darah lain yang berkaitan dengan kesehatan jantung. Meski demikian, Buckley menyatakan bahwa masih diperlukan studi lanjutan untuk memahami lebih dalam dampaknya secara keseluruhan.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kolesterol dari makanan belum tentu berbanding lurus dengan kolesterol dalam darah, selama asupan lemak jenuh tetap rendah.
“Kebanyakan makanan tinggi kolesterol juga tinggi lemak jenuh, itu sebabnya selama ini asupan kolesterol dianggap bermasalah. Namun, kami berhasil memisahkan pengaruh keduanya dalam studi ini,” ujarnya.
Dengan temuan ini, konsumsi telur saat sarapan tidak lagi menjadi hal yang perlu dikhawatirkan.
“Saya sarapan telur pagi ini tanpa rasa khawatir kadar LDL saya akan naik,” pungkasnya. (ama)




















